Suntik Botox di Vagina Agar Lebih Kencang dan Bebas Masalah, Amankah?

By , Sabtu, 6 Mei 2017 | 09:00 WIB
Kenali tanda tak normal pada vagina. (Nova)

Belakangan berkembang tren baru, yakni suntikan botox pada vagina. Wanita tertarik dengan treatment ini lantaran tawaran hasil yang menggiurkan. Ya, suntik botox di vagina dipercaya bisa membuat vagina menjadi lebih kencang dan kenyal.

Bahkan di beberapa negara, suntik botox dipercaya dapat mengatasi berbagai gangguan pada vagina, seperti vaginismus atau kekejangan abnormal pada otot vagina, vulvodynia atau rasa sakit yang kronis pada vulva tanpa alasan yang jelas, sakit saat buang air kecil, pelvic floor, dan endometriosis. Gangguan-gangguan tersebut membuat wanita sulit untuk melakukan hubungan intim.

(Baca: 3 Penyakit yang Paling Sering Menyerang Vagina, Penyebab, dan Pengobatannya)

Adalah seorang perempuan asal Edinburg, Amy Forrest (26), yang telah melakukan suntik botox pada vagina karena alasan gangguan vaginismus. Ia kemudian menuliskan pengalamannya selama berjibaku dengan penyakitnya dalam buku When Sex Seems Impossible. “Botox vagina mengubah hidupku,” ungkap Amy. Cara kerja suntikan botox pada area genital wanita adalah membuat otot di vagina menjadi kaku. Sehingga usai suntik botox vagina, wanita merasa banyak perubahan di vaginanya.

Suntik botox vagina dapat bertahan hingga 6 bulan, dan proses pengerjaan suntik botoxnya hanya memakan waktu sekitar 10 menit dengan tingkat keberhasilan 80-90%. Namun, pasien masih harus melakukan serangkaian terapi setelah melakukan suntik botox tersebut.

(Baca: Benarkah, Botox Bisa Melawan Kanker?) Namun, apakah suntik botox di vagina aman dilakukan? Menurut dr. Diah Puspitosari, SpKK., suntikan botox pada area vagina di Indonesia tidak pernah disarankan. Sebab botox biasanya hanya digunakan di wajah dan di ketiak untuk mengatasi keringat berlebih.

Poppy juga menegaskan, dokter akan mengambil tindakan jika tindakan tersebut sudah melewati serangkaian penelitian dan terbukti secara ilmiah. “Nah, kalau belum ada bukti secara ilmiah, jadi sifatnya cobat-coba. Itu tidak disarankan,” tegas Poppy sekali lagi.