Umumnya jika ditilik dari sisi medis, waktu rata-rata yang diperlukan pasangan baru menikah untuk menghasilkan kehamilan ialah kurang dari 3 bulan.
"Makin lama pasangan yang menikah itu tanpa kehamilan, makin kecil peluang untuk terjadinya kehamilan," kata dr. H. Hendy Mochtar, Sp.OG dari RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Pada wanita, fertilitas maksimal dicapai pada usia 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan sampai usia 30 tahun.
Sesudah usia 30 tahun, maka penurunannya akan makin cepat. "Sedangkan pada pria, fertilitas maksimal dicapai pada usia 24-25 tahun."
(Baca: Smoothies Ini Bisa Tingkatkan Kesuburan Wanita, Begini Cara Membuatnya)
Meningkatnya frekuensi bersanggama paling berpeluang untuk terjadinya kehamilan. Itu bisa terjadi dalam waktu enam bulan, bila sanggama dilakukan 4 kali seminggu.
Karena kualitas dan motilitas (gerakan) spermatozoa menjadi lebih baik dengan seringnya ejakulasi.
Dokter baru menganggap infertilitas, bila pasangan yang ingin mempunyai anak tersebut sudah lebih dari 12 bulan tidak hamil.
Infertilitas sendiri dibagi dalam dua macam.
Yang pertama infertilitas primer, dimana istri belum pernah hamil walaupun telah menikah selama satu tahun, tidak pernah KB atau memakai alat kontrasepsi, dan hubungan intim teratur.
(Baca: Tahap Perubahan Kualitas Sperma dan Sel Telur di Usia 20, 30, 40)
Kemudian infertilitas sekunder, bila istri pernah hamil sampai bayi lahir maupun terjadinya keguguran, tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi dalam kemungkinan 12 bulan, kendati tetap seks secara teratur.
Misalnya seorang wanita pernah hamil, kemudian keguguran.
Setelah itu ditunggu-tunggu sampai 5 tahun tidak hamil-hamil lagi, sementara ia sendiri tak menggunakan kontrasepsi.
Kedua infertilitas ini, ujar Hendy, penyebabnya sama.
"Pada wanita, infertilitas ini terutama disebabkan karena kelainan-kelainan pada organ reproduksinya." Penyebab lainnya adalah faktor kegemukan, merokok, obat-obatan, dan psikologi," ujar Hendy.