6. Pola asuh yang berbeda juga akan membuat empati si Kecil rusak atau terganggu karena terbiasa melihat konflik.
(Baca juga : Terkait Pola Asuh, Mengapa Orangtua Saling Bersaing?)
Si Kecil ini akan menjadi semacam "arena perang" bagi orangtua ketimbang sebagai anak yang dibesarkan oleh orangtua dengan penuh kasih sayang.
7. Pada saat dewasa, si Kecil yang dibesarkan oleh keluarga dengan pola asuh berbeda, akan merasa bahwa pernikahan bukanlah sebuah hubungan yang ideal. Ini juga bisa membentuk pola pikir untuk tidak memiliki anak di kemudian hari.
Atau, si Kecil akan mengulangi pola yang terjadi pada orangtua, yaitu dengan menerapkan pola asuh berbeda, sehingga masalah ini menjadi siklus yang terus berulang.
8. Si Kecil kemungkinan tumbuh menjadi seorang dewasa yang selalu merasa tertekan atau cemas akibat konflik yang terekam dalam benak mereka.
Namun, selain sisi negatif, tentu masih ada sisi positf dari perbedaan pola asuh ini.
Jika saja Mam dan Dad mampu menyatukan kedua pola asuh yang berbeda dengan adil dan kooperatif, anak akan melihat bahwa perbedaan pun ternyata bisa menjadi sesuatu yang produktif.
(Baca juga : Duh, Kalau Orangtua Tak Kompak Mengasuh, Si Kecil Bisa Rapuh Loh)
Pasalnya, memang tak ada orangtua yang sama persis dalam hal pola asuh.
Anak-anak pasti akan memahami hal ini dan bisa menggunakannya secara sehat jika kedua orangtua memberikan suport maksimal.
Selain dukungan dari Mam dan Dad, tentu perkembangan si Kecil harus selalu kita pantau. Untuk lebih mudahnya, Mam dan Dad bisa mengunduh panduan yang berisi tips pola asuh anak di Parenting Club.
Tak hanya mendapatkan panduan yang lengkap, Mam dan Dad juga bisa mendapat voucher belanja sebesar Rp 50.000,00, lho!
Jangan lewatkan kesempatan emas ini, ya! (*)
(Hasto Prianggoro/Dari berbagai sumber)