NOVA.id - Akhir-akhir ini, semakin banyak perempuan urban yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Kondisi itu tentu bertentangan dengan kecenderungan perempuan yang memandang pernikahan sebagai sesuatu yang 'must have'.
Bagi banyak orang, keputusan untuk menikah adalah pilihan lazim, tapi tidak demikian dengan sebagian perempuan lainnya.
(Baca juga: Jangan Keliru! Ternyata Susu Tanpa Garam Jauh Lebih Sehat Loh, Ini Buktinya)
Berikut ini adalah sejumlah situasi yang mungkin menjadi alasan di balik keputusan seorang perempuan untuk hidup melajang.
1. Takut kehilangan kebebasan
Anak perempuan yang menyaksikan perempuan yang didominasi oleh kaum laki-laki di tengah keluarganya, seringkali berkembang menjadi figur yang protektif terhadap kebebasan pribadinya.
Kondisi serupa pun bisa dipicu dengan pengalaman perempuan itu yang kerap melihat lelaki sebagai figur yang selalu mengambil keputusan dalam segala hal.
Bagi perempuan, kebebasan adalah sesuatu yang bisa dicapai melalui pendidikan, karier, dan kemampuan finansial.
Dengan meningkatkan jumlah kaum perempuan yang memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama, dalam setiap sisi kehidupan, persentase yang memilih "menghargai" dan "mempertahankan" kebebasan pun kian meningkat.
(Baca juga: Waspada, Anemia Pada Anak Lebih Berbahaya)
2. Terus mencari pasangan yang "pas"
Seorang perempuan dengan penampilan cantik, serta karir yang hebat, namun melajang, sering mengundang perhatian.
Ada kemungkinan, perempuan semacam ini terus menanti proposal 'terbaik' bagi pendamping hidupnya.
Sering kali harapan mereka lebih tinggi dari apa yang mereka dapatkan.
Akibatnya, mereka terus mencari si 'Mr. Right', seperti apa yang disebut dalam mitos dan sulit dipahami.
(Baca juga: Ayu Ting Ting Menyepi di Pantai, Wajahnya Tak Nongol di Televisi, Sedang Galau?)
3. Kewajiban keluarga
Banyak gadis yang bekerja, tidak dapat memikirkan pernikahan saat ada kakak perempuan yang belum menikah, dan/atau saudara laki-laki yang tidak menikah tinggal seatap dengan mereka.
Hal ini membuat mereka terus menunda rencana untuk menikah, dan seringkali gadis-gadis seperti itu lalu menjadi tidak menikah selamanya.
(Baca juga: Darah Haid Tak Sebanyak Biasanya? Bisa Jadi Disebabkan oleh 5 Hal Ini)
4. Perlawanan
Bagi beberapa perempuan, melihat role model ibu mereka sebagai ibu rumah tangga yang patuh, merupakan kondisi yang tidak dapat diterima.
Selanjutnya, pilihan karir yang mereka jalani pun kebanyakan adalah pekerjaan yang sering kali dipilih oleh kelompok pria.
Mereka sulit untuk menerima peran konvensional perempuan untuk menjadi istri.
(Baca juga: Paspampres Ganteng Itu Ajak Pacar Hadiri Kondangan, Ini yang Terjadi)
5. Patah hati traumatis
Masa berpacaran yang panjang, dan berakhir dengan perpisahan karena pengkhianatan, atau ketiadaan restu orangtua, mendatangkan efek traumatis mendalam.
Biasanya, perempuan yang ada dalam posisi ini mengalami kesulitan untuk membuka hati, dan lalu memilih untuk hidup melajang.
(Baca juga: Hati-Hati, Kurang Tidur Bikin Nafsu Makan Naik!)
6. Merawat orang tua
Bagi banyak perempuan lajang, kewajiban untuk merawat orang tua yang kian renta, menjadi rintangan dalam perjalanan membangun rumah tangga.
Ide untuk meninggalkan orang tua yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga besar, membuat perempuan menjadi merasa bersalah.
Akhirnya, mereka memilih untuk hidup tanpa menikah.
(Baca juga: Wow, Ini Dia Deretan Para Istri Pemilik Stasiun TV Swasta di Indonesia, Nomor 5 yang Paling Fresh)
7. Korban pelecehan seksual
Perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual mungkin memilih untuk menjauhkan diri dari pria, dan berujung pada hidup melajang.
8. Sinisme dan ketidakpercayaan
Ketika seorang gadis melihat pengalaman buruk yang dialami perempuan yang berpengaruh dalam hidupnya saat berumahtangga, maka dia akan langsung menyimpulkan arti pernikahan.
Gadis itu mulai mengasosiasikan 'pernikahan' dengan rasa sakit, penderitaan, dan pengkhianatan.
Pernikahan yang buruk dalam lingkaran sosial seorang perempuan, bisa membuat dia sinis, dan kehilangan kepercayaan pada institusi sakral itu.
9. 'Spiritual' atau fobia komitmen?
Ada beberapa sekte spiritual yang menyebarkan faham "perkawinan melumpuhkan individu, membunuh semua kemungkinan cinta, kreativitas, dan pertumbuhan spiritual".
Kultus semacam itu menghalangi pengikutnya untuk menikah dan berkeluarga.
Namun, tak jarang pula -di bawah embel-embel pemahaman spiritual, banyak perempuan dan juga pria dengan 'fobia komitmen' menghindari pernikahan.(*)
Glori K. Wadrianto/Kompas.com