Tubuh Anak yang Pendek Ternyata Bisa Dicegah, Ini Penjelasannya

By Winggi, Selasa, 9 Januari 2018 | 13:15 WIB
Pertumbuhan anak (istock) (Winggi)

NOVA.id- Biasanya anak dengan ukuran tubuh lebih kecil akan merasa minder. 

Kondisi seperti ini dapat dikategorikan stunting- jika penyebab utamanya adalah kekurangan nutrisi. 

Disebutkan jika stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. 

(Baca juga: Punya Masalah Jerawat di Wajah? Tak Perlu Risau, Ini Dia Triknya!)

Stunting mulai terjadi saat anak masih menjadi janin dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. 

Ada ragam masalah yang berisiko dihadapi anak stunting, seperti gangguan emosi, kecerdasan, hingga performa akademis yang rendah. 

Dikatakan Ahmad Suryawan, dokter spesialis anak meski tidak akan benar-benar kembali normal, stunting perlu ditangani secara cepat, melansir Kompas.com. 

Hal pertama yang bisa dilakukan yakni dengan mengawasi tumbuh kembang anak, mulai dari melihat tinggi dan berat badan anak. 

(Baca juga: Orang Tuanya Diterpa Isu Perceraian, Anak Sulung Ahok Justru Makin Lengket dengan Kekasih)

Bila ada masalah dan dianggap stunting, segera atasi dengan memberikan nutrisi dan stimulasi gerak. 

“Kalau diberikan nutrisi, aspek tumbuh kembang anak stanting bisa meningkat. Kalau ditambah stimulasi aktivitas gerak, skornya bisa naik lagi. Langsung di bawah anak tidak stanting, meskipun tidak sama,” kata Ahmad kepada Kompas.com. 

Dengan begitu, Ahmad menyarankan kepada orang tua jika harus memastikan anak mendapatkan ASI eksklusif hingga enam bulan serta makanan pendamping (MP) ASI yang bernutrisi. 

(Baca juga: Hati-Hati, Penyakit Ini Bisa Menyerang Saat Asam Lambung Tak Terkontrol)

Untuk stimulus gerak, dr Michael Triangto, Spesialis Kesehatan Olahraga, menyarankan agar anak dilibatkan dalam aktivitas fisik.

“Aktivitas fisik tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga mampu merangsang ketrampilan motorik, perkembangan kognitif dan kemampuan mengelola emosi,” kata Michael. (*)

(Kompas.com / Kahfi Dirga Cahya)