Viral!, Usai Presiden Jokowi Sampaikan Sambutan, Tiba-Tiba Pria Ini Nekat Melakukan Ini di Depan Jokowi

By Healza Kurnia, Jumat, 2 Februari 2018 | 11:40 WIB
Mahasiswa UI memberikan simbol kartu kuning untuk Presiden Joko Widodo saat menghadiri Dies Natalies ke-68 UI, Jumat (2/2) (Healza Kurnia Hendiastutjik)

NOVA.id - Aksi mengejutkan dilakukan oleh seorang pria ketika Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo hadir di Balairung UI.

Usai membacakan pidato dihadapan akademisi Universitas Indonesia dan tamu undangan, tiba-tiba sosok pria yang ternyata diketahui ketua BEM Universitas Indonesia Zaadit Taqwa memberanikan diri mengacungkan 'kartu kuning' dan meniup peluit di hadapan Presiden Joko Widodo.

Melansir dari Tribunnews.com, kejadian tersebut terjadi saat Jokowi usai memberikan pidato acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia dan dilanjutkan melakukan Peresmian Forum Kebangsaan UI‎ di Balairung UI, Depok, Jumat (2/1).

baca juga: Sebelum Tinggalkan Ruang Sidang dengan Tongkat Kayunya, Ini Perkataan Nenek Saulina yang Bikin Terenyuh

Pengacungan 'kartu kuning' dengan tangan kanan Zaadit, sebenarnya merupakan buku paduan suara Universitas Indonesia yang kebetulan berwarna kuning.

"‎Itu tadi buku paduan suara, karena pengawasan lumayan ketat tadi pas masuk ke dalam, makanya kita pakai buku itu, biar bisa masuk," tutur Zaadit.

Zaadit menjelaskan, pengacungan buku panduan berwarna kuning sebagai gambaran jika Presiden mendapatkan kartu kuning dengan maksud ‎memberikan peringatan agar menyelesaikan permasalahan bangsa.

"Kita bawa tiga tuntutan, dan kita sudah sampaikan lewat aksi di stasiun (Universitas Indonesia)," tutur ‎Zaadit.

Baca juga: 5 Tahun Jadi Suami-Istri, Ternyata Ini Rahasia di Balik Harmonisnya Hubungan Justin Timberlake dan Jessica Biel

Adapun tiga tuntutan tersebut, kata Zaadit, ‎pertama terkait gizi buruk di Papua untuk segera diselesaikan oleh pemerintah karena lokasi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, merupakan bagian dari Indonesia.

"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ucapnya.

Kemudian, tuntutan kedua yang disuarakan Zaadit, terkait Plt atau penjabat gubernur yang berasal dari perwira tinggi TNI/Polri.

"Kita tidak pingin kalau misalnya kembali ke zaman orde baru, kita tidak pengen ada dwifungsi Polri, dimana Polisi aktif pegang jabatan gitu (gubernur) karena tidak sesuai dengan UU Pilkada dan UU Kepolisian," ujar Zaadit.

Baca juga: Jangan Bawa Ponsel Saat ke Kamar Mandi Apabila Tak Ingin Seperti Perempuan Ini, Berbahaya!

Sedangkan tuntutan ketiga, yaitu persoalan Permenristekdikti tentang Organisasi Mahasiswa (Ormawa) karena dapat mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.

"Kita tidak pingin mahasiswa dalam bergerak atau berorganisasi dan berkretasi itu dikungkang, oleh peraturan yang kemudian dibatasi ruang gerak mahasiswa," papar Zaadit.

‎Aksi Zaadit tersebut terpaksa harus diamankan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan ditariknya ke luar ruangan Balairung, serta dibawa ke Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK).

Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya

"Tidak ada (kekerasan), ‎cuman diminta keterangan saja, diminta identitasnya. Aksi ini ‎dilakukan spontan, karena sebenarnya niatnya sudah ada tapi berubah-ubah rencana, menyesuaikan kondisi di dalam juga," ujar Zaadit.

Sementara itu, saat dikonfirmasi secara terpisah, pihak Universitas Indonesia (UI) menegaskan aksi Ketua BEM Universitas Indonesia Zaadit Taqwa murni sebagai aspirasi pribadi.

"Dapat kami sampaikan, aksi tersebut adalah murni aspirasi pribadi Mahasiswa yang bersangkutan dan kedepannya," ujar Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI Rifelly Dewi Astuti, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/2).

Pihak UI berharap agar setiap mahasiwa UI yang menyampaikan aspirasinya dan pendapatnya, tetap menghormati aturan yang berlaku dan menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama.(*)