Pernah Didemo di 3 Sekolah Berbeda, Inilah Alasan Ratusan Siswa SMAN 2 Malang Desak Dwi Retno Turun dari Jabatan Kepsek

By Amanda Hanaria, Jumat, 6 April 2018 | 04:30 WIB
Ratusan siswa SMAN 2 Kota Malang demo menuntut kepala sekolahnya, Dwi Retno, mundur dari jabatannya, Kamis (5/4) (Amanda Hanaria)

NOVA.id - Ratusan siswa SMA Negeri 2 Kota Malang baru-baru ini menggelar aksi demo di halaman sekolahnya, Kamis (5/4).

Tak hanya para siswa, demo yang menuntut lengsernya Dwi Retno, guru yang menjabat sebagai Kepala SMAN 2 itu juga diikuti semua guru dan juga staf pegawai SMAN 2.

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Saiful Rachman, akhirnya mencopot jabatan Kepala Sekolah yang selama ini digeluti Dwi Retno.

Baca juga: Tak Sekadar Demo, Ternyata Ini yang akan Dilakukan Melly Goeslow ke Palestina, Bikin Warganet Merinding

Saiful juga menuturkan bahwa sebelum terjadinya demo, pihaknya sering mendapatkan surat berupa laporan terkait ketidaknyamanan yang disebabkan oleh Dwi Retno selama menjabat sebagai Kepala Sekolah.

Kepala sekolah yang sudah tiga tahun menjabat itu dianggap terlalu kasar memperlakukan siswa, bahkan juga saat memarahi guru di sekolah itu. 

Baca juga: Kisah Kepala Sekolah yang Dianiaya Wali Murid Hingga Berdarah-darah, Ternyata Ini yang Jadi Pemicunya

"Saya sudah satu tahun dapat laporan-laporan dari pengawas, dari orangtua, ya, surat-surat yang masuk ke kami," kata Saiful dikutip dari Kompas.com.

Selain itu, sebelum Dwi Retno didemo oleg ratusan siswanya, ternyata dirinya juga pernah didemo di dua sekolah berbeda sebelum ia menjabat Kepala Sekolah di SMAN 2.

"Tadi saya tanya beberapa MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) di Malang, beliaunya itu pernah menjabat di SMAN 5 juga mau didemo. Pernah menjabat di SMAN 3 juga mau didemo. Kemudian dijadikan pengawas, kemudian dijadikan kepala sekolah lagi, itu akhirnya yang terjadi," tambahnya. 

Baca juga: Belanja Produk Ritel Kekinian Hanya di Easy Shopping, Mudah dan Terpercaya!

Karenanya, Saiful menganggap demo siswa itu merupakan puncak dari kekesalan siswa terhadap kepala sekolah tersebut.