Pakai Alat Kontrol Jantung, Kakek Ini Nekat Ikuti Lomba Lari dan Berhasil ke Garis Finish

By Amanda Hanaria, Senin, 9 April 2018 | 09:30 WIB
Bambang (68) saat masuk finish di Banyuwangi Ijen Green Run 2018 Minggu (8/4) (Amanda Hanaria)

NOVA.id - Menjadi tua bukanlah jadi alasan yang cukup untuk kita tidak berolahraga.

Seperti yang dilakukan oleh Bambang Sutrisno (68) ini, dirinya masih tetap semangat berlari meski usianya sudah tak lagi semuda dulu.

Bahkan, pria pensiunan BUMN ini mengaku memiliki masalah kesehatan dengan jantungnya sehingga membuatnya harus mengenakan alat pengontrol jantung saat berolahraga.

Baca juga: Jangan Keliru Lagi, Sebaiknya Hindari Melakukan 5 Hal Ini Sebelum Olahraga Lari

Ternyata, pria yang akrab disapa Mbah Miang itu mampu melewati garis finish di ajang Banyuwangi Ijen Green Run 2018, Minggu (8/4).

"Akhirnya bisa sampai finish. Buat saya nggak harus jadi juara, yang penting olahraga," kata Bambang dikutip dari Kompas.com.

Bambang adalah salah satu peserta tertua Banyuwangi Ijen Green Run 2018 untuk kategori 18 kilometer master.  Total ada 732 pelari meramaikan trail run Banyuwangi Ijen Green Run. 

Mereka melintasi lereng Gunung Ijen wilayah Kabupaten Banyuwangi dan menyusuri jalur yang cukup menantang, mulai dari tanjakan, turunan yang curam sampai menyeberangi sungai serta melewati hutan cengkeh dengan lintasan berbatu dan perkebunan kopi dan hutan pinus. 

Baca juga: Tak Sempat Lari? Tenang, Kita Tetap Bisa Olahraga Kardio dengan Cara Ini

Banyuwangi Ijen Green Run terdiri atas tiga kategori, yaitu kelas 6 KM, 18 KM, hingga 33 KM.

Dilansir dari Kompas.com, Bambang mengakui bahwa dirinya baru selama dua tahun belakangan menekuni olahraga lari.

Sebelumnya, ia terbilang aktif berolahraga sepeda. Bahkan, dirinya mengaku pernah menempuj jarak 300 kilometer dalam sehari.

"Kalau sekarang rutin lari minimal 5 kilometer per hari. Kalau larinya pagi berarti sore sepedaan atau sebaliknya," jelasnya. 

Walaupun sudah lanjut usia, Bambang memilih untuk tetap rutin berolahraga. 

Baca juga: Sebelum Ajal Menjemput, Pasangan Lansia 84 Tahun Ini Putuskan Menikah Sah Pasca 60 Tahun Hidup Bersama

Namun untuk mengkontrol kondisi tubuhnya saat berlari, dia memilih menggunakan alat untuk mengukur detak jantung. 

Ia kemudian menunjukkan alat yang dipasang bagian dadanya. 

"Ini alatnya di dada dan untuk memantau detak jantungnya, saya bisa lihat di jam tangan ini. Kalau sudah 90 persen saya tidak akan memaksa," katanya. 

Saat sampai finish pun dia memilih tidak langsung berhenti dan beristirahat, namun bergerak pelan hingga detak jantungnya kembali normal. 

"Kata dokter memang di usia saya ini agak riskan untuk olahraga berat tapi yang terpenting adalah rutin dan terukur. Bukan langsung digenjot tanpa latihan," jelasnya.

Baca juga: Wajib Disimak, Minum Ayamnya Punya Manfaat Bagi Kita Sekeluarga

Kakek kelahiran 16 Agustus 1950 tersebut menyelesaikan rute 18 kilometer dalam waktu 2 jam 35 menit 34 detik. 

Dia mengakui agak kesulitan di jalur turun, namun tidak masalah saat tanjakan. 

"Saat turun beban berat di kaki. Jadi saya harus hati-hati biar nggak cidera. Dan, olahraga ini hobi dan kebutuhan, jadi harus dilakukan dengan senang," pungkasnya. (*)

Ira Rachmawati/Kompas.com