NOVA.id - Meraih mimpi setinggi langit memang menjadi hal yang penting diresapi oleh setiap insan untuk meningkatkan motivasi dalam meraih kesuksesan.
Tentunya ambisi yang besar untuk meraih mimpi tersebut membuat kita semakin semangat dalam meraihnya.
Akan tetapi, jangan sampai ambisi yang besar tadi ternyata tidak sebanding dengan kemampuan yang kita miliki saat ini.
Sehingga, tak sedikit ambisi dan mimpi yang besar tadi tak jadi didapatkan, melainkan justru menjadi petaka lantaran kita merasa depresi karena tidak bisa mencapai impian yang kita inginkan tersebut.
Pasalnya, depresi yang berlebih tentu membuat kita bisa menjadi stres berat dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan seperti bunuh diri.
Baca juga: Beda Banget, Ini Tampilan Mantan Istri Aming Setelah Di-Makeover oleh Ivan Gunawan
Seperti kejadian berikut ini yang terjadi di Blitar, Jawa Timur.
Dilansir dari Tribun Jatim, seorang siswi SMP yang baru saja lulus tahun ini berinisial EPA ditemukan tewas bunuh diri di kamar kos, Jl A Yani, Kelurahan/Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Selasa (29/5).
Gadis berusia 16 tahun tersebut ditemukan tewas dengan cara menggantung di pintu kamar kos.
Tubuh Mariani langsung lemas begitu melihat anak asuhnya meninggal dengan cara tragis.
Mariani merupakan pengasuh EPA sejak kecil. Mariani ikut tinggal di tempat kos bersama EPA.
Baca juga: Benih Asmara Dodi dan Putri Diana:
Sedangkan rumah orang tua EPA berada di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Setelah lulus SD, EPA melanjutkan di salah satu SMP negeri di Kota Blitar.
Lalu, EPA tinggal di tempat kos di Jl A Yani bersama pengasuhnya, Mariani.
Mariani mengatakan, sebelum gantung diri, EPA sempat memintanya untuk membelikan nasi. Mariani sempat bilang ke EPA kalau warung makan masih tutup.
Dia meminta EPA menunggu sebentar sampai warungnya buka.
Tetapi, EPA memaksa Mariani untuk membelikan nasi di warung.
Baca juga: Almarhum Suami Ultah, Ririn Ekawati Unggah Foto dan Caption Menyentuh
Mariani pun berangkat membelikan nasi di warung.
Mariani agak lama mencari nasi karena kebanyakan warung tutup pada siang hari saat Ramadan.
Setelah dapat nasi, Mariani kembali ke kamar kos.
Sesampai di kamar kos, Mariani terkejut melihat tubuh anak asuhnya menggantung di pintu kamar kos.
"Saya tidak melihat tanda-tanda aneh pada diri EPA saat berangkat membelikan nasi untuknya. Saya memang agak lama membeli nasi karena banyak warung yang tutup," kata Mariani.
Baca juga: 5 Perlakuan Spesial dan Penuh Cinta Pangeran Charles untuk Camilla
Mariani tidak tahu persis apa motif yang membuat anak asuhnya nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.
Tetapi, belakangan, EPA memang agak kecewa karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA negeri favorit di Kota Blitar.
Sebab, sistem penerimaan siswa baru SMA di Kota Blitar menggunakan sistem zonasi.
Sistem zonasi ini memang memprioritaskan anak yang berdomisili di Kota Blitar. Sedangkan domisili EPA masih ikut orang tuanya di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
"Soal itu, orang tuanya sudah berusaha menenangkannya. Orang tuanya meminta EPA agar melanjutkan SMA di Srengat," ujar Mariani.
Kasubag Humas Polres Blitar Kota, Ipda Syamsul A mengatakan polisi sudah menerima laporan soal orang gantung diri.
Polisi sudah datang ke lokasi untuk olah tempat kejadian perkara (TKP).
Polisi langsung membawa jenazah korban ke RSUD Mardi Waluyo.
Hasil visum luar tidak ditemukan tanda kekerasan dalam tubuh korban.
"Kalau untuk motif bunuh diri masih proses penyelidikan," katanya.
Baca juga: Mengaku Cukup Usai Dikaruniai 4 Anak, Giring Nidji Akan Jalani Vasektomi
Di kalangan guru, EPA tergolong murid yang pandai dan pendiam.
Hal itu diungkapkan Kepala SMPN 1 Kota Blitar, Kateman, saat dihubungi, Selasa (29/5). Kateman mengaku mendapat kabar soal peristiwa itu menjelang salat tarawih.
Dia mendapat kabar melalui pesan WhatsApp soal peristiwa yang menimpa EPA.
"Saya baru buka pesannya sepulang dari masjid. HP saya tinggal di rumah," kata Kateman.
Menurut Kateman, EPA merupakan siswi yang berprestasi di sekolah.
Sikap EPA di sekolah juga baik.
EPA terkenal anak yang pendiam. Nilai ujian nasional EPA juga bagus.
EPA menduduki peringkat ke 30 di sekolah dengan nilai ujian nasional 359,0. Nilai rata-rata ujian nasional EPA sekitar 89.
Baca juga: Almarhum Suami Ultah, Ririn Ekawati Unggah Foto dan Caption Menyentuh
"Dia anaknya memang pandai. Kami ikut berduka dengan peristiwa yang menimpa EPA," ujarnya.
Kateman juga kaget mendengar kabar soal peristiwa yang menimpa EPA.
Sebab, selama ini, para guru melihat EPA tidak pernah ada masalah.
Saat sidang pengumuman kelulusan, guru BK juga memberi laporan tidak ada masalah dengan para siswa.
Soal dugaan motif yang mendorong EPA nekat bunuh diri karena khawatir tidak diterima di salah satu SMA favorit di Kota Blitar, Kateman belum tahu detailnya.
Tetapi, dia mengakui ada kabar itu yang beredar di grup WA.
"Ada kabar soal itu di grup WA siswa yang diterima guru. Saya juga dikirimi screen shot obrolan siswa di grup WA. Tapi kebenarannya saya belum tahu," kata Kateman.
EPA, sempat menulis surat wasiat sebelum ditemukan tewas gantung diri di kamar kos.
Baca juga: Dua Terdakwa First Travel Jalani Sidang Hari Ini, Ini Hasil Vonis yang Mereka Terima
Isi salah satu surat wasiat itu meminta keluarga segera mengkremasi jenazahnya dan tidak usah memasang bendera putih di rumah.
"Kami sudah tanyakan ke keluarga itu memang tulisan tangan korban. Surat wasiatnya sudah kami amankan," kata Kasat Reskrim Polres Blitar Kota, AKP Heri Sugiono, Rabu (30/5).
Ada empat surat ditulis tangan yang ditinggalkan EPA di kamar kos sebelum mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.
Satu surat berisikan tentang biodata EPA.
Dalam surat itu EPA juga meminta maaf ke keluarga.
EPA juga mengucapkan terima kasih kepada ibunya yang telah kerja siang malam untuk dirinya.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada kakak-kakaknya yang telah mendukungnya selama ini.
Lalu ada surat wasiat yang ditujukan ke ibunya.
Baca juga: Ini Waktu yang Diperlukan Pangeran William dan Pangeran Harry untuk Menerima Camilla
Dalam surat itu, EPA meminta keluarga agar segera mengkremasi jenazahnya.
EPA juga meminta keluarga agar tidak memasang bendera putih di rumah.
Dia juga meminta ibunya tidak buka praktik sampai Lebaran.
Dia juga meminta maaf ke keluarga pemilik tempat kos karena sudah melakukan bunuh diri di lokasi.
"Jangan tunjukkan ke orang banyak bahwa aku telah menyerah," tulis EPA.
Surat berikutnya ditujukan ke pengasuhnya, Mariani.
Dalam surat itu, EPA memanggil Mariani dengan sebutan Maklek.
Dia mengucapkan terima kasih ke Maklek yang sudah merawatnya sejak kecil.
Dia juga meminta maaf ke pengasuhnya itu.
Surat terakhir, juga ditujukan ke pengasuhnya.
Baca juga: Demi Sekolah, Puluhan Siswa SD Ini Rela Menyeberangi Sungai yang Deras
Dia meminta pengasuhnya agar tidak teriak memanggil orang di sekitar lokasi.
Dia meminta Maklek untuk menghubungi nomor telepon RSUD Mardi Waluyo.
Di surat itu, dia mencantumkan nomor telepon RSUD Mardi Waluyo.
Dia juga bilang ke Maklek kalau kartu BPJS sudah disiapkan di dalam amplop.
"Kami masih mendalami motif bunuh diri yang dilakukan korban," ujar AKP Heri Sugiono.
Baca juga: Bukan Kanada, di Mana Lokasi Bulan Madu Pangeran Harry - Meghan?
Menurut Heri, hasil keterangan dari kakak korban, korban nekat bunuh diri karena ada masalah keluarga.
Soal kabar EPA bunuh diri karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA favorit di Kota Blitar, Heri belum tahu.
"Keterangan kakaknya, korban sedang ada masalah keluarga. Sekarang belum waktunya pendaftaran SMA," kata Heri.(*)