Ini Dampak Psikologi pada Anak Jika Terpisah dari Orang Tuanya

By Hinggar, Jumat, 22 Juni 2018 | 15:00 WIB
Peran penting orangtua (naukrinama.com)

NOVA.id - Gedung Putih telah memutuskan kebijakan imigrasi toleransi nol yang menyebabkan anak-anak harus terpisah dari orangtuanya.

Diketahui anak-anak ini dipindahkan pada tempat penampungan yang sesak.

Anak-anak yang terpisah dari orangtuanya ini berusia sangat muda, bahkan di antara mereka belum belajar bicara.

Mereka yang ditempatkan di penampungan sering menangis dan berulah, karena mencari orangtuanya.

(Baca juga: Pasca Lakukan Pengobatan Kanker, Seorang Ibu Alami Hal Mengejutkan pada Tubuhnya)

American Psychological Association menyatakan bahwa memisahkan orangtua dengan anaknya akan memberikan dampak negatif bagi perkembangan secara emosional dan psikologis anak.

Efek yang bisa terjadi pada anak-anak tersebut antara lain, depresi masa depan, kecemasan, stres pasca-trauma hingga cenderung melakukan kekerasan dan penyalahgunaan zat terlarang.

Menurut Antonio Puente, seorang profesor psikologi di University of North Carolina Wilmington, efek yang didapatkan ini akan berkembang seiring waktu.

(Baca juga: Tak Boleh Asal, Ini 6 Tips Agar Wajah Semakin Bersih Ketika Scrubbing)

"Semakin lama anak dipisahkan, semakin buruk situasinya.

Awalnya mungkin akan bisa disembunyikan namun akan menjadi rumit seiring berjalannya waktu.

(efek) ini akan muncul di saat krisis lain atau dalam hal ini saat dewasa." jelas Puente.

Menurut direktur Trauma Center di Boston, Bessel van der Kolk mengatakan bahwa anak belajar segala hal mengenai dunia, dan merasa aman secara fisik dan emosional dengan orang tuanya.

Ketika mereka diambil dari asuhan orangtua sebelum waktunya, maka perkembangan mereka mungkin terhenti.

(Baca juga: Hadiri Acara Kerajaan Inggris, Maia Estianty Tampil Cantik Bak Bangsawan)

Hasilnya, mereka bisa mengalami depresi atau kecemasan, mereka mungkin juga akan kesulitan mempercayai orang lain, membentuk hubungan dan mengatur emosi.

Dukungan secara emosional, psikologis dan sosial harus dilakukan untuk membantu anak-anak yang mengalami trauma. (*)