Tak Perlu Khawatir, Lakukan Siasat Ini Saja Pada Anak Hiperaktif

By Healza Kurnia, Sabtu, 30 Juni 2018 | 20:30 WIB
Ilustrasi anak hiperaktif (istock)

NOVA.id - Salah satu indikasi anak sehat adalah susah diam.

Bahkan, seperti mainan gasing saja, muter terus enggak bisa diam.

Mungkin seperi itu yang bisa digambarkan menurut dr. Reza Abdussalam SpA., Spesialis Anak dari Brawijaya Hospital Antasari.

Seiring bertambahnya usia, kemampuan motorik anak balita mulai berkembang.

Kalau waktu bayi, mereka hanya bisa tidur, umumnya menjelang usia satu tahunan, mereka enggak betah lagi tidur dan duduk.

Dan begitu dia sudah bisa jalan, kita betul-betul ditantang secara fisik dan mental saat menjaganya.

Baca juga: Intip Cerita Seru Ayudia dan Keluarga Saat Liburan di New Zealand dengan Campervan

Masalahnya, dalam sehari si kecil yang manis dan imut akan lari sana, lari sini, panjat sana, panjat sini, tak ada capeknya.

Ah, jangan-jangan si kecil kita ini hiperaktif, ya?

Tunggu dulu, karena bisa jadi dia masih sebatas aktif saja.

Reza menjelaskan anak dikatakan berperilaku aktif normal dan masih dalam taraf wajar bila setiap gerakannya punya tujuan, tidak mengganggu sekitar, dan tidak merusak.

“Pendek kata, gerakan aktifnya tidak merugikan pihak lain maupun dirinya sendiri. Sebaliknya, anak berperilaku aktif berlebihan kalau setiap tindakannya dilakukan tanpa tujuan, cenderung merusak dan mengganggu orang lain. Perilaku seperti inilah yang disebut hiperaktif,” urai dokter yang praktik di Brawijaya Hospital Antasari ini.

Baca juga: Kolesterol Naik? Bikin Saja Menu Kuah Tanpa Santan Seperti Tauto Ini!

Sementara untuk anak balita yang terdeteksi hiperaktif biasanya mudah dikenali ketika dia mulai bersekolah.

Anak hiperaktif menunjukkan dua gangguan fungsi tubuh.

Yang pertama, gangguan pemusatan perhatian atau dikenal dengan ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder).

Gangguan ADHD membuat anak tidak mampu memusatkan perhatian dalam waktu lama dan mudah terpengaruh rangsangan lain.

Sehingga dia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau permainan.

Dia seolah tidak bisa mendengar dan sulit mematuhi instruksi.

Di satu saat sering lupa dan ceroboh, dan hampir tak pernah kelar menonton tayangan TV, kendati itu acara favoritnya.

Gangguan kedua adalah gangguan impulsivitas.

Baca juga: Akibat Terkena Laser Pointer, Mata Anak Usia 9 Tahun Alami Kerusakan, Kok Bisa?

Bagi anak yang memiliki gangguan ini, emosinya sering meledak-ledak dan tidak terkontrol, seperti membanting benda yang dipegangnya, memukul, dan lain-lain.

Aktivitas anak juga cenderung berlebihan, misalnya suka naik ke atas meja dan memanjat pohon besar.

Tentu, hiperaktif bukan penyakit yang kontan kita khawatirkan begitu si kecil seperti itu.

Namun, yang namanya hiper atau berlebihan sangat, jelas tak baik buat tumbuh kembangnya.

Nah, agar keaktifan anak menjadi tidak berlebih, kita sebagai orangtua harus banyak akalnya.

Baca juga: Berniat Melindungi, Ibu Ini Justru Patahkan Kaki Sang Anak di Perosotan

Misal, kita jangan malas untuk memberikan beragam kegiatan pada si kecil.

Ajak anak untuk berkegiatan yang menggunakan kemampuan motoriknya.

Seperti mengikuti klub olahraga, sanggar tari, bela diri, atau jalan-jalan ke pantai maupun gunung di hari libur.“Jangan lupa untuk terus berusaha berinteraksi dan terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari anak, terutama di lima tahun pertamanya. Pembatasan pemberian gadget mutlak dilakukan agar anak terhindar dari gangguan perilaku sosial,” saran Reza.(*)

(Faras Handayani)