NOVA.id - Berhenti merokok atau membuat si kecil menderita?
Buat Sahabat NOVA yang masih merokok, masihkah ini pilihan sulit? Harusnya tidak.
Karena, perempuan maupun laki-laki punya potensi sama besar untuk terkena penyakit kardiovaskular, salah satu penyebab karena kebiasaan merokok.
Dulu, menurut dr. Ade Meidian Ambari, ada anggapan kalau perempuan masih menstruasimaka dia masih memproduksi hormon estrogen yang bisa mengamankannya dari terkena serangan jantung.
Namun sekarang, belum tentu.
Baca juga: Selamat! Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata Gelar Pesta Pernikahan di Lombok
Banyak perempuan usia muda yang juga bisa terkena serangan jantung atau penyakit jantung koroner.
“Pada perempuan prevalensinya memang masih dikit, tetapi ada kencenderungan tren itu berubah. Bahkan sekarang ada anekdot, kalau kamu mau kurus kamu merokok, kalauberhenti nanti kamu gemuk. Ternyata itu enggak (benar). Risiko perempuan sama pria untuk penyakit jantung koroner sama,” jelas Ade Meidian yang dokter spesialis jantungdan pembuluh darah, dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita itu.
Dan celakanya lagi, tak sedikit di saat mengandung pun, perempuan masih saja merokok.
Sudah begini, apa yang akan terjadi pada sang buah hati di dalam kandungan?
Kejadian yang paling sering terjadi, sang bayi lahir dengan prematur.
Karena bayi lahir tidak pada waktunya, kurang bulan, maka berat badannya menjadi kurang sehingga bayi pun lemah.
Baca juga: Tak Hanya untuk Penampilan, Ternyata Aksesoris yang Dipakai Ratu Elizabeth Menyimpan Pesan Rahasia
Hal tersebut bisa membuat ukuran bayi lebih kecil daripada ukuran bayi pada umumnya.
Bahayanya ketika dia sudah dewasa, dia akan lebih mudah terpapar penyakit paru-paru, seperti asma.
“Jika ibunya perokok tidak terlalu aktif, bisa aja bayinya lahir normal, tapi paparan asap rokok itu racunnya kan banyak, bahaya, apalagi anak-anak usianya masih muda jadilebih rentan,” ujar Ade.
Tambahan lagi, anak yang terlahir dari ibu perokok maka otomatis akan menjadi seorang perokok pasif.
Dampak lainnya, sang anak pun dapat menjadi perokok aktif karena melihat ibunya.
Baca juga: Viral karena Dicium Perempuan Saat Meliput, Pria Korea Ini Jadi Perdebatan, Kok Bisa?
Hal tersebut selaras dengan data WHO tahun 2015, lebih dari sepertiga anak lakil-aki usia 13-15 tahun di Indonesia saat ini mengonsumsi produk tembakau.
Lebih dari 3,9 juta anak—antara usia 10-14 tahun menjadi perokok setiap tahunnya.
Setidaknya 239.000 anak di bawah umur 10 tahun sudah mulai merokok.
Celakanya lagi, lebih dari 40 juta anak di bawah 5 tahun menjadi perokok pasif.(*)
(Aghnia Hilya N)