Berusia 10 Tahun, Inilah Pembunuh Berantai Paling Sadis Tahun 1968

By Nuzulia Rega, Minggu, 15 Juli 2018 | 13:15 WIB
Berusia 10 Tahun, Inilah Pembunuh Berantai Paling Sadis Tahun 1968 ()

NOVA.id - Musim panas pada tahun 1968, Scotswood, London, Inggris dikagetkan dengan penemuan mayat anak laki-laki bernama Martin Brown.

Balita yang baru berusia 4 tahun itu ditemukan tak bernyawa di sebuah rumah kosong dengan darah dan air liur yang menetes di pipinya.

Karena tak ada tanda-tanda kekerasan, polisi meyakini jika kematian Martin hanya karena kecelakaan yang tak disengaja.

(Baca juga: Setelah Menangis di Televisi, Kini Nikita Mirzani Ungkap Hal Sedih, Kenapa Ya?)

Namun, beberapa minggu kemudian, polisi kembali dikagetkan dengan kematian Brian Howe uang baru berusia 3 tahun.

Brian ditemukan tewas di tempat dimana anak-anak biasa bermain di kawasan Scotswood.

Brian ditemukan dengan berbagai luka aneh.

Ada bekas tusukan di pahanya, alat kelaminnya sebagian dimutilasi, dan rambutnya dipotong.

(Baca juga: Dari Malang ke Langkawi, Maia Estianty Nyupir Pesawat Jet Sendiri?

Beberapa hari setelah penemuan mayatnya, polisi baru menyedari jika di perutnya terukir huruf "M" yang dibuat menggunakan benda tajam seperti gunting atau silet.

Warga pun panik melihat kematian dua anak dalam selang waktu tak terlalu lama.

Polisi pun mulai curiga dengan anak-anak di sekitar daerah tersebut.

Mereka mulai mengawasi perilaku anak-anak di sana.

(Baca juga: Mirip! Beauty Vlogger Ini Rias Wajahnya Jadi Bintang Sepak Bola Dunia)

Saat mengawasi, polisi curiga dengan gerak-gerik dua anak perempuan yang selalu terlihat aneh saat bermain bersama anak-anak lain.

Akhirya polisi mencoba mengintrogasi anak-anak yang sering bermain di taman itu.

Batapa terkejutnya polisi saat mengintrogasi dua anak yang mereka curigai.

Norma Bell yang baru berusia 13 tahun terlihat semangat saat ditanyai tentang pembunihan tersebut.

(Baca juga: Pagi Hari Makin Semangat dengan Chicken Teriyaki, Bikin Sendiri, yuk!)

Selama introgasi bahkan Norma selalu tersenyum seolah pembunuhan ini adalah lelucon dan hal yang menyenangkan.

Tak hanya Norma, polisi juga mengintrogasi Mary Bell, yang berusia 11 tahun.

Berbeda dengan Norma, Mary lebih tertutup dan menghindar saat ditanya.

Anehnya saat ditanya tentang pembunuhan, Mary mengaku melihat Brian bersama seorang anak laki-laki sebelum kematiannya.

Namun setelah diselidiki anak laki-laki yang dimaksud Mary ternyata sedang berada di bandara saat pembunuhan terjadi.

(Baca juga: Jangan Larang Anak Bertelanjang Kaki, Karena Ini Manfaat yang akan Didapat)

Selain itu Mary juga menyebutkan ia melihat gunting sebelum kematian Brian.

Padahal gunting adalah barang bukti rahasia dalam kematian Brian.

Seorang polisi bahkan melihat Mary yang bahagia menyaksikan peti Brian di bawa dari rumahnya.

Mary terlihat tertawa dan menggosok kedua tangannya.

Namun anehnya Mary malah menuduh Norma melakukan pembunuhan ini.

(Baca juga: Seorang Ibu Tega Jual Anaknya yang Berumur 2 Tahun Seharga 17 Juta untuk Lakukan Ini)

Norma yang kaget akhirnya menceritakan yang sebenarnya.

Ternyata Norma ada saat Mary Membunuh Brian.

Dan dengan bantuan Norma akhirnya polisi berhasil menangkap Mary.

Anehnya saat persidangan, Mary mengaku membunuh karena semata-mata untuk kesenangannya.

Mendengan pengakuan Mary, hakim menyatakan bahwa dia adalah orang yang berbahaya dan merupakan ancaman serius bagi anak-anak lain.

(Baca juga: Selamat dari Maut, Model Ini Digigit Hiu Saat Foto untuk Feed Instagram)

Mary pun dijatuhi hukuman 12 tahun penjara.

Mary Bell bebas pada tahun 1980, saat usianya 23 tahun.

Ia dibebaskan dengan syarat diawasi segalatingkah lakunya di masyarakat.

Selain itu, Mary Bell diberi identitas baru untuk memberinya kesempatan hidup baru dan melindunginya dari perhatian media.

Ia terpaksa pindah beberapa kali untuk menghindari hantaman dan pencarian media.

Sampai akhirnya pada tahun 1984 ia dan keluarganya ditemukan oleh awak media.

Semua orang mengepung rumahnya dan ingin ia dihukum lagi.

Namun, ternyata ia dilindungi oleh pemerintah karena masa tahanannya telah berakhir dan ia memiliki hak untuk hidup terlepas dari masa lalunya yang kelam. (*)