Tak Melulu Belanja, Begini Cara Ajarkan Anak untuk Hemat dan Menabung

By Healza Kurnia, Senin, 30 Juli 2018 | 10:30 WIB
Ilustrasi anak belajar menghemat uang dan menabung (istock)

NOVA.id - Pasti kita pernah beranggapan bahwa mengenalkan konsep uang sejak dini pada anak akan menjadikannya boros dan konsumtif.

Ternyata paradigma itu salah.

Justru perlu dilakukan dan penting.

Tujuannya, agar dewasa nanti si anak bisa mengelola emosi terhadap keinginan membeli sesuatu.

(Baca juga: Tak Hanya Nyaman, Yuk Perhatikan 5 Tips Ini Saat Beli Sepatu Baru!)

Menurut Astrid Wen, M.Psi, psikolog dari PION Clinician dan Theraplay Indonesia, kita sudah bisa mengenalkan konsep uang pada anak sejak umur tiga tahun.

Tentu saja diajarkan secara perlahan dan bertahap.

Anak pada usia prasekolah memang belum mengerti teori tentang uang.

Untuk itu, dengan melakukan praktik langsung atau by experience, kita bisa mengajarkan anak soal keuangan.

Kita bisa menjelaskan pada anak secara sederhana, misalnya menjelaskan jika kita ingin sesuatu, tidak bisa didapatkan begitu saja, ada harganya.

Selain itu, jika kita datang ke toko dan ingin membeli sesuatu, maka kita harus membeli dengan uang.

(Baca juga: Sempat Rasakan Turbulensi, Ini Kenangan Myrna Buat Film 22 Menit)

“Terus kenalkan, ini uangnya. Cuma, kan, anak balita belum tahu nilai uang. Setidaknya mereka tahu konsep uang. Mereka juga belajar untuk mengantri di kasir, jadi kita bilang pada mereka ‘Kita ngantri di sini untuk bayar, jadi tidak bisa langsung keluar’,” ujar Astrid.

Kita bisa mengajarkan sikap membeli pada anak.

Misalnya bilang pada anak, bahwa kita boleh membeli satu barang saja.

Contohnya, mainan atau makanan.

Jadi anak belajar memilih apa yang mau dibeli.

Nah, dengan begitu, kita tidak hanya mengajarkan konsep uang, tapi juga mengajarkan sikap terhadap uang.

(Baca juga: Meghan Markle Masih Bersikap Dingin, Sang Ayah Kembali Ungkap Hal Kontroversial)

Perlu diketahui, yang sebenarnya berbahaya dari uang adalah pengelolaannya.

Ketika kita tidak tahu cara mengelola uang, maka percuma saja jika kita memiliki banyak uang.

“Kita enggak mau anak jatuh dalam utang dan dikuasai uang. Kita maunya mereka yang menguasai uang. Mau uang di tangan sedikit atau banyak, mereka bisa mengelola. Jadi bukan hanya nilai uang yang kita tanamkan, tapi juga mengelola uang,” tambah Astrid.

Tak sedikit orang tua yang bangga jika mampu membelikan sesuatu yang lebih pada anak, apalagi jika si orang tua penghasilannya tidak besar.

Mereka membolehkan anak membeli barang apa saja lebih dari satu.

(Baca juga: Psst... Ternyata Begini Trik Mudah Pakai Eyeliner Cair Anti Gagal)

Kadang-kadang, kita sebagai orang tua tidak sadar, kita ingin menyenangkan hati mereka dengan cara membelikan sesuatu, padahal hal tersebut justru mendukung anak berbelanjalebih dari yang dia inginkan.

Ketika kita menyuruh anak membeli apa yang dia inginkan, kita sebenarnya mendorong anak untuk kompulsif.

Compulsive buyer atau pembelanja yang kompulsif adalah hal tidak baik.

(Baca juga: Turunkan BB dan Buang Racun dalam Tubuh dengan 4 Minuman Alami Ini)

Karena nantinya akan membuat anak berbelanja lebih dari yang dia mau.

Hal tersebut karena adanya dorongan emosional, seperti baru menerima gaji dan merasa punya uang, atau ketika lagi marah dan melampiaskannya dengan belanja.

“Kita ingin ketika mereka belanja didasarkan dengan alasan yang lebih kuat, tidak hanya sekedar merasa punya uang lebih, atau dorongan impulsif atau keinginan sesaat aja,” tukas Astrid.(*)

 

(Eveline)