Wah, Pria Ini Rela Drop Out dari UI Demi Lestarikan Budaya Lurik

By Healza Kurnia, Jumat, 24 Agustus 2018 | 07:30 WIB
Kain lurik hasil tenunan para pekerja di perusahaan tenun milik Raden Rahmat (Fajar Sodiq/NOVA)

NOVA.id - Lurik adalah kain bermotif garis-garis yang awalnya jadi pakaian khas pria pedesaan di Jawa, berbahan dasar katun yang kasar dan harganya cukup terjangkau.

Kini lurik sering mendapat sentuhan warna-warna baru, sehingga bisa dipakai sebagai bahan kemeja atau komponen estetika untuk rompi atau jas.

Pengrajin lurik di Klaten, Jawa Tengah jadi salah satu saksi perkembangan kain ini di era modernisasi seperti sekarang.

Bukan hanya kegunaan kainnya yang makin beragam, tapi industrinya yang makin terjepit.

(Baca juga: Jan Ethes Didoakan Berjodoh dengan Anak Raisa, Reaksi Gibran Menohok)

Raden Rahmat, salah satu pengrajin lurik di Klaten tak mau pasrah begitu saja dengan zaman.

Ia masih mampu menghasilkan rajutan benang-benang yang diubah jadi kain lurik, tanpa menggunakan mesin.

Seorang pengrajin lurik sedang mengecek benang yang akan dirangkai jadi kain lurik (Fajar Sodiq/NOVA)

Ia masih setia menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang biasa dikenal sebagai oklak.

Belasan oklak digerakkan oleh para perempuan dan laki-laki yang berusia renta.

(Baca juga: Unggah Foto Jadul, Kecantikan Ashanty Seakan Tak Pernah Luntur)