Termasuk Asian Games, Ternyata Begini Isi Medali Emas Olimpiade Dunia

By Healza Kurnia, Sabtu, 1 September 2018 | 17:41 WIB
Jonatan Christie - Anthony Ginting Sampaikan Pesan Haru Korban Gempa Lombok (Instagram @susysusantiofficial)

NOVA.id - Jelang upacara penutupan Asian Games 2018, dihimpun dari official website Asian Games 2018, Indonesia menambah satu perolehan medali emas di cabang olahraga sepak takraw putra.

Hingga saat ini (1/9), Indonesia akhirnya berhasil mengoleksi 31 medali emas di ajang Asian Games 2018.

Nah, dalam sebuah event olimpiade, medali emas memang merupakan salah satu penghargaan paling berharga di dunia.

Tapi benarkah medali emas terbuat dari emas?

(Baca juga: Sidang Cerai Sule Memanas, Lina Cabut Gugatan Hak Asuh Anak, Mengapa?

Dilansir dari BolaSport.com, cara pembuatan medali emas sangat menarik.

Untuk Olimpiade Rio 2016, 5.130 medali Olimpiade dan Paralimpik diproduksi di Casa da Moeda do Brasil.

Dibutuhkan 48 jam untuk membuat masing-masing medali, hingga dibutuhkan 80 orang yang bekerja di medali sepanjang waktu.

Proses serupa digunakan pada Olimpiade 2018 di PyeongChang, Korea Selatan, untuk medali tersebut dirancang oleh Lee Suk-woo.

(Baca juga: Lama Tak Terdengar, Feby Febiola Kini Tampil Makin Cantik, Intip Gayanya!)

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah medali tersebut benar-benar terbuat dari emas?

Mungkin itulah segelintir pertanyaan yang terbesit dalam benak sebagian orang dan  berikut ini beberapa fakta yang tidak kita ketahui mengenai medali emas.

1. Medali emas terbuat dari 92 persen perak dan sisanya dilapisi dengan sesedikitnya enam gram emas. 

Belum ada medali emas yang solid sejak 1912.

(Baca juga: Foto Bersama Daniel Mananta dan Konglomerat Ini, Begini Pose Konyol Anthony Ginting)

2. Medali emas tetap bernilai.

Contohnya petinju asal Ukraina, Wladimir Klitschko, melelang medali emasnya untuk amal anak-anak pada tahun 1996.

Seorang pembeli membelinya dengan harga 1 Juta US Dollar (Rp14 Milliar) dan segera mengembalikan medali itu untuk menghormati Klitschko dan keluarganya.

(Baca juga: Surat Cinta Putri Diana untuk Dodi Fayed sebelum Kematiaanya Terungkap, Apa Pesannya?)

3. Emas, Perak, dan Perunggu memiliki makna tersembunyi, di mana 3 warna tersebut mewakili tiga dari lima abad manusia dalam mitologi Yunani. 

Zaman Keemasan adalah masa ketika manusia dan dewa hidup dalam harmoni, zaman Perak melihat manusia menyimpang dari kesalehan dan Zaman Perunggu menandai suatu periode perang dan kekerasan.

4. Selain emas dan perak, ada medali yang terbuat dari meteor.

Sepuluh medali emas di Olimpiade Sochi 2014, berisi potongan-potongan meteor besar yang meledak di atas Rusia pada Februari 2013 yang diduga berasal dari meteorit.

(Baca juga: Ups! Meghan Markle Tersipu Malu Saat Memanggil Pangeran Harry dengan Sebutan Ini)

5. Medali Emas bisa bernilai sangat mahal

Pada tahun 1984, McDonald's menjalankan kampanye yang memberi pelanggan kesempatan untuk memenangkan Big Mac gratis setiap kali AS memenangkan medali emas. 

AS memenangkan 83 medali emas yang mengejutkan dan McDonalds menghabiskan jutaan dolar untuk membuat medali emas.

(Baca juga: Intip Cantiknya Ipar Faldy Albar, Renata Kusmanto, Model yang Kini Jadi Mama Muda)

6. Nike, dewi kemenangan bersayap di Yunani Kuno, dicetak di satu sisi di bawah lima cincin Olimpiade.

Sementara itu, seperti dikutip dari Wikipedia, konsep medali emas ini sejatinya berasal dari dunia militer.

Awal mulanya sebagai pengakuan sederhana pada tingkat militer dan belakangan sebagai tanda penerimaan ke suatu peringkat militer yang berasal dari abad pertengahan.

(Baca juga: Sule-Lina Cerai, Rizky Febian Tinggal Mandiri di Rumah Mewah, Ada Studio Musik dan Gazebo!)

Sejak abad ke-18, medali emas dianugerahkan dalam bidang seni (misalnya oleh Akademi Kerajaan Denmark), biasanya sebagai lambang penghargaan yang diberikan kepada seorang siswa yang menonjol dalam bentuk bantuan keuangan.

Yang lainnya hanya berupa penghargaan dalam bentuk anugerah tersebut.

Banyak organisasi kini menganugerahkan medali emas baik secara tahunan maupun untuk kasus-kasus yang luar biasa, termasuk UNESCO dan berbagai perhimpunan akademis.(*)