Kenali dan Ketahui Lebih Lanjut Soal Infertilitas pada Ahlinya

By Dionysia Mayang Rintani, Minggu, 2 September 2018 | 22:57 WIB
ilustrasi kehamilan (istock)

NOVA.id – Bulan Agustus 2018 ini RSIA Budhi Jaya tepat berusia 32 tahun.

Rumah sakit ini pada tahun 1970-an bercikal bakal dari rumah bersalin yang dikelola oleh bidan, kemudian terus mengalami perkembangan.

Dengan bergabungnya tim dokter dan peningkatan berbagai fasilitas modern, akhirnya menjadi rumah sakit bersalin pada akhir tahun 1980-an.

(Baca juga: Bukan Cuma Air, 6 Makanan Ini Bisa Atasi Dehidrasi loh! Pasti Nggak Menyangka!)

Selanjutnya Budhi Jaya menjadi rumah sakit ibu dan anak (RSIA) dengan spesialisasi di bidang infertilitas.

Direktur RSIA Budhi Jaya dr. Ristina Basri, MARS menyatakan, “Mencapai usia 32 tahun, RSIA Budhi Jaya terus berupaya meningkatan kualitasnya. Kami berkomitmen untuk senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi pasien, baik pelayanan medis maupun non medis; yang berstandar kepada keselamatan pasien.

Hal ini dibuktikan dengan RSIA Budhi Jaya telah mendapatkan pengakuan dari Kementrian Kesehatan dalam bentuk kelulusan Akreditasi RSIA Budhi Jaya dengan predikat kelulusan: Utama.

(Baca juga: Meriah, Super Junior Nyanyikan 3 Lagu Ini di Penutupan Asian Games 2018)

Dengan memperoleh kelulusan akreditasi rumah sakit dari Kementrian Kesehatan, berarti RSIA Budhi Jaya menjamin pasien dan pengunjung mendapat pelayanan sesuai dengan standard pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan.

Kepercayaan masyarakat terhadap keahlian RSIA Budhi Jaya dalam bidang infertilitas dibuktikan dari keberadaan pasien yang berasal tidak hanya dari Jakarta namun juga dari luar Jakarta, seperti Medan, Surabaya, Lampung, Semarang, Solo, Bandung, dll.

Prof. Dr. dr. Ichramsyah A. Rachman, Sp.OG-KFER, pakar di bidang infertilitas, salah satu pendiri RSIA Budhi Jaya, menjelaskan, “Infertilitas atau ketidaksuburan bukan berarti pasangan tidak dapat memiliki keturunan, namun hal tersebut disebabkan karena adanya faktor-faktor tertentu. Infertilitas dapat terjadi baik pada wanita maupun pada pria, atau pada kedua-duanya. Dengan demikian pemeriksaan – diagnosis dan perawatan – harus dilakukan kepada istri dan suami. Karena itu masalah infertilitas yang dialami pasien bersifat individual.”

(Baca juga: 8 Momen Epik Penutupan Asian Games 2018, Gestur Saranghae Hingga Anies Baswedan Cium Obor!)

RSIA Budhi Jaya memiliki program Holistic Infertility Center (HIC) yang melakukan diagnosis menyeluruh pada pasangan suami istri.

Tim dokter HIC, yang dipimpin oleh Prof. Ichramsyah ini, ‘dikomandoi’ spesialis obgyn (kebidanan) yang akan melihat masalah pasangan pasien untuk kemudian bisa merujuk pasien ke dokter andrologi (kesehatan/ kesuburan pria) atau juga ke dokter internis (penyakit dalam).

()

Tim HIC RSIA Budhi Jaya sudah banyak membantu pasangan suami istri yang mengalami kesulitan memiliki anak hingga berhasil memiliki keturunan.

(Baca juga: Meriah dan Spektakuler! Ini Deretan Momen Nobar di Luar SUGBK)

Infertilitas atau gangguan kesuburan adalah ketidakmampuan pasangan untuk memiliki keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama satu tahun tanpa kontrasepsi.

Infertilitas pada perempuan dapat disebabkan oleh endometriosis/ pertumbuhan jaringan, implant yang abnormal, faktor hormonal ataupun menopause dini.

Sementara penyebab pada pria misalnya kelainan genetika, faktor hormonal, kualitas sperma kurang baik, saluran tersumbat, atau pengaruh luar (radiasi dan obat).

(Baca juga: Ternyata Seperti Ini Cara Membawa Kosmetik saat Traveling agar Tak Menyusahkan)

Berdasarkan hasil diagnosis dokter, pasangan akan menjalani perawatan yang bersifat individual.

Perawatan yang dilakukan pada program HIC untuk mengatasi infertilitas pada perempuan memiliki tahapan-tahapan, yaitu hidrotubasi (pengecekan saluran tuba / tuba falopi), Hystero Salpingo Graphy /HSG (melihat sumbatan pada saluran tuba) kemudian diatermi (pemanasan untuk mengurangi peradangan).

Lalu, Ultrasonography Saline Infusion Sonohystereography (USG SIS) untuk melihat kondisi rahim, imunologi – konsultasi spesialis andrology untuk memeriksa factor kekebalan tubuh, inseminasi (memasukkan sperma ke dalam rahim melalui kateter, USG folikel untuk melihat kondisi sel telur, kemudian laparaskopi yang berfungsi melakukan diagnosis dan terapi fungsi genitalia interna.

(Baca juga: Meriah dan Spektakuler! Ini Deretan Momen Nobar di Luar SUGBK)

RSIA Budhi Jaya merupakan pelopor penggunaan laparaskopi ginekologi yang awalnya hanya berperan untuk diagnostik menjadi prosedur operatif.

Keberadaan dokter ahli laparaskopi, dr.Ichnandy A. Rachman, Sp.OG FMAS CCD yang merupakan dokter ahli laparaskopi untuk tata laksana infertilitas dengan teknik terbaru (single port dan vaginal notes) semakin memperkuat keahlian tim dokter di rumah sakit tersebut.

Dokter Ichnandy A. Rachman, Sp.OG FMAS CCD juga merupakan salah satu instruktur laparoskopi yang bersertifikat internasional.

(Baca juga: Ternyata Seperti Ini Cara Membawa Kosmetik saat Traveling agar Tak Menyusahkan)

Prof. Ichramsyah menjelaskan, “Dengan pengalaman dan keahlian kami, berbagai kasus infertilitas telah berhasil kami tangani, misalnya yang disebabkan oleh virus TORCH, Hidrosalping, Endometriosis, Obesitas, ASA tinggi, Adenomiosis dan masih banyak lagi.”

Inilah dua kisah dari pasien yang ditangani oleh Prof. Ichramsyah.

Nina Herlina: Berpindah-pindah Dokter untuk Program Hamil hingga Operasi Pengangkatan  Rahim

Nama saya Nina Herlina, usia 52 tahun. Saya menikah sudah 24 tahun, sejak tahun 1994.

Selama enam tahun pernikahan kami berjuang untuk mendapatkan momongan.

Hingga pada akhirnya kini saya sudah memiliki tiga orang putra.

Pada satu tahun pernikahan, saya dan suami merasakan resah karena tidak kunjung mendapatkan keturunan.

(Baca juga: Buka Ceremony Penutupan Asian Games 2018, Ini Judul dan Lirik Lagu yang Dinyanyikan Isyana Sarasvati)

Kami pun memutuskan untuk segera berobat dan konsultasi ke dokter agar bisa segera hamil.

Namun sayangnya, bukan dukungan yang saya dapatkan dari dokter, melainkan dokter berkata tidak apa karena usia pernikahan saya baru menginjak satu tahun.

Tidak puas dengan dokter tersebut, kemudian saya melakukan konsultasi kembali dengan berpindah-pindah dokter dan rumah sakit hingga lebih dari enam dokter.

(Baca juga: Resmi Ditutup, Momen-Momen Ini Bakal Bikin Kangen Asian Games 2018!)

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, seluruh dokter mengatakan tidak ada masalah pada rahim saya, begitu juga dengan suami saya, semuanya normal.

Selain melakukan pengobatan medis, saya juga melakukan pengobatan dan terapi alternatif seperti pijat dan minum jamu-jamuan sesuai yang saya dengar dan rekomendasi dari teman serta keluarga saya.

Hingga pada akhirnya, sekitar tahun 1997 untuk pertama kalinya saya datang ke RSIA Budhi Jaya dan berkonsultasi dengan Prof. Dr. dr. Ichramsjah A. R., SpOG (K) seperti direkomendasikan dokter praktik di perusahaan saya bekerja.

(Baca juga: Bikin Riuh, Ini Ucapan dan Gesture Lucu dari Presiden OCA Malam Ini)

Selama kurang lebih 3 tahun, saya dan suami melakukan konsultasi dengan Prof. Ichramsjah.

Saya dan suami melakukan segala apa yang Profesor anjurkan kepada kami.

Pada tahun 2000, akhirnya apa yang saya dan suami impikan terwujud, saya positif hamil.

(Baca juga: Takjub! Penonton Penutupan Asian Games Kompak Nyalakan Lampu karena Nyanyian Bams dan Lea Simanjuntak)

Saya begitu menjaga kehamilan saya dengan baik, terlebih karena saya sudah lama menantikannya.

Sembilan bulan masa kehamilan saya lewati dengan baik.

Hingga pada 15 Agustus 2001 saya melahirkan anak pertama saya secara section caesaria karena bayi saya terlilit tali pusat.

(Baca juga: Penutupan Asian Games 2018, Jokowi Sampaikan Sambutan Jarak Jauh dari Lombok)

Satu tahun kemudian saya hamil kembali, namun kehamilan saya kali ini tidak berjalan dengan baik dan saya mengalami keguguran sehingga terpaksa harus menjalani kuretase.

Tindakan kuretase ini juga dilakukan oleh Prof. Ichramsjah.

Pada 24 Februari 2003 saya melahirkan anak kedua saya, kemudian pada 6 Maret 2006 saya melahirkan anak ketiga saya.

Semua kehamilan berjalan dengan lancar.

(Baca juga: Mitos Super Junior Sebagai Rain Maker Terjadi, Hujan Deras Guyur GBK di Penutupan Asian Games 2018)

Saya juga melakukan antenatal care serta persalinan oleh Prof.Ichramsyah.

Pada tahun 2017 lalu saya mengalami gangguan haid, kemudian ditemukan masalah pada rahim saya, yaitu endonomiosis.

Dari rumah sakit tempat saya periksa, saya dianjurkan untuk angkat rahim.

Namun saya merasa masih kurang paham mengapa harus diangkat, hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk terlebih dahulu konsultasi dan periksa dengan Prof. Ichramsyah.

(Baca juga: Sempat Mati, Begini Insiden Kecil Saat Nobar Penutupan Asian Games)

Setelah berkonsultasi dengan Profesor dan dijelaskan mengenai keadaan saya saat itu, akhirnya saya setuju untuk dilakukan pengangkatan rahim.

Pada hari sabtu tanggal 30 Juni 2018, saya melaksanakan operasi pengangkatan rahim di RSIA Budhi Jaya oleh Prof.Ichramsyah dan dr. Ichnandy A. Rachman, SpOG.

Saya mengucapkan terimakasih sekali kepada RSIA Budhi Jaya dan Prof. Ichramsyah.

Profesor sangat welcome kepada saya dan suami saya, enak, dan selalu menjelaskan dengan baik sehingga membuat saya benar-benar paham.

Prof.Ichramsyah dan RSIA Budhi Jaya sangat berjasa untuk saya dan keluarga.

(Baca juga: Wah, Ini Alasan Jokowi Beri Bonus untuk Pelatih, Bukan Hanya Atlet Asian Games 2018)

Windy Febrina: ASA Tinggi dan Endometriosis Tidak Mengurangi Tekad untuk Memiliki Keturunan

Saya menikah sudah hampir 2 tahun, namun selama itu belum ada tanda-tanda kehamilan.

Kemudian saya dan suami memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter di salah satu rumah sakit di Jakarta.

Setelah konsultasi dengan dokter, saya menjalani program hamil dengan beliau, tetapi saya dan suami merasa kurang puas.

(Baca juga: Hujan Deras Guyur GBK Jelang Penutupan Asian Games 2018, Wishnutama Mohon Doa)

Akhirnya saya mendapat informasi dari teman sekantor saya tentang dokter kebidanan & kandungan di RSIA Budhi Jaya.

Pada tanggal 12 Desember 2015, saya dan suami memutuskan untuk berkonsultasi dan menjalani program kehamilan dengan dr. Ichnandy A. Racman, Sp.OG FMAS CCD di RSIA Budhi Jaya.

Selama saya melakukan program kehamilan dengan beliau, saya dianjurkan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.

(Baca juga: Hujan Mengguyur SUGBK, Begini Spirit Penonton Menyaksikan Penutupan Asian Games)

Program hamil yang pertama, pada bulan Januari 2016, dilakukan pengecekan imun tubuh saya terhadap sperma suami.

Ternyata antibody anti sperma (ASA) saya tinggi terhadap sperma suami sehingga harus dilakukan terapi PLI (Paternal Leukocyte Immunization), yaitu terapi dimana sel darah putih suami dimasukan ke dalam tubuh saya.

Proses itu dilakukan sebanyak 7 kali.

Ternyata masalah saya tidak hanya ASA tinggi, namun juga terdapat endometriosis, sehingga saya disarankan untuk melakukan tindakan operasi laparaskopi.

(Baca juga: Tawaran Syuting Melimpah, Justru Hal Ini yang Dipilih Dessy Ratnasari)

Pada tanggal 22 Maret 2016 saya menjalani operasi laparaskopi.

Saat itu saya terus menjalankan terapi PLI sampai bulan Desember 2016.

Setelah ASA dalam tubuh saya dinyatakan normal, saya disarankan untuk mengikuti program hamil.

Akhirnya pada Maret 2017 alhamdulilah hasil tes pack positif dan saya langsung memeriksakan kepada dr. Ichnandy.

(Baca juga: Fairel, Bocah yang Bertemu Presiden di Pembukaan Asian Games 2018 Ajak Angkat 'Es krim Aice Obor')

Saya benar positif hamil dengan umur kehamilan 6 minggu.

Pada 1 November 2017, lahirlah putra pertama saya melalui tindakan section caesaria di RSIA Budhi Jaya dengan dibantu oleh dr. Ichnandy.

Alhamdulilah saya sangat bersyukur kepada Allah SWT, setelah sekitar 1,5 tahun mengikuti berbagai pengobatan di RSIA Budhi Jaya, saya dan suami akhirnya dikaruniai putra pertama kami.

Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada tim dokter dan tim medis lainnya atas pelayanan yang baik dari awal hingga proses persalinan.

Terutama untuk dr. Ichnandy A. Rachman, SpOG FMAS CCD dan Dr. dr. H. Indra G. Mansur, DHES, Sp.And yang senantiasa menyemangati saya dan suami sepanjang proses program kehamilan. (*)