Nadia Murad Mantan Budak ISIS Peraih Nobel Perdamaian: Jadi Perempuan adalah Hal Tersulit

By Juwita Imaningtyas, Rabu, 10 Oktober 2018 | 13:14 WIB
Peraih Nobel Perdamaian 2018, Nadia Murad. (AFP/FREDERICK FLORIN)

NOVA.id - Sekelompok etnis yang paling menderita ketika Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menyapu wilayah Irak adalah etnis Yazidi.

Nadia Murad amat memahami penderitaan etnis yang berada di bawah kekuasaan ISIS.

Perempuan yang baru saja memperoleh nobel perdamaian ini dulu tinggal di sebuah desa yang tenang di pegunungan Sinjar, wilayah utara Irak yang tidak jauh dari perbatasan dengan Suriah.

Baca Juga : Mengenang Nita Octobijanthy, Ferry Maryadi Ungkap Sifat Asli Istri Indro Warkop Semasa Hidup

Ketenangan itu hancur ketika kelompok ekstremis ISIS menyapu sebagian wilayah Irak dan Suriah pada 2014.

Saat ISIS memasuki wilayah tempat Nadia Murad tinggal, semua pria di desa dibunuh dan anak-anak diculik untuk dilatih menjadi tentara.

Sementara itu, Nadia dan perempuan lainnya ditangkap dan menjalani penderitaan.

Baca Juga : Mengenang Nita Octobijanthy, Ferry Maryadi Ungkap Sifat Asli Istri Indro Warkop Semasa Hidup

Nadia sendiri berulangkali dipukuli, disiksa, dan diperkosa.

Ia dipaksa meninggalkan kepercayaan yang ia anut.

Seperti ribuan perempuan Yazidi lainnya, Nadia Murad juga diharuskan menikahi seorang anggota ISIS, disiksa, dipaksa mengenakan make-up dan pakaian ketat.

Baca Juga : Sebelum Meninggal, Istri Indro Warkop Ucapkan Kata Terakhir untuk Tora Sudiro dan Mieke Amalia

Tak tahan dengan penyiksaan itu, Nadia Murad pun nekat melarikan diri.

Ia selamat atas bantuan sebuah keluarga Muslim asal Mosul.

Namun, Nadia mengetahui bahwa enam saudara laki-laki dan ibunya telah tewas dibunuh ISIS.

Baca Juga : Sebelum Meninggal, Istri Indro Warkop Ucapkan Kata Terakhir untuk Tora Sudiro dan Mieke Amalia

Dengan bantuan sebuah organisasi yang membantu warga Yazidi, Nadia Murad dapat bertemu dengan saudarinya di Jerman dimana ia tinggal saat ini.

Ia lalu mendedikasikan dirinya untuk menjadi aktivis anti kekerasan terhadap perempuan.

Karenanya ia meraih Nobel Perdamaian 2018 pada Jumat (05/10).

Baca Juga : Dua Orang Terdekat Indro ini Meninggal Karena Kanker Paru, Siapa Saja?

Baru-baru ini, Nadia mengungkapkan makna Nobel Perdamaian baginya.

Ia merasa bahwa penghargaan itu membuatnnya merasakan tanggung jawab yang besar.

"Tapi sekarang saya merasakan sebuah tanggung jawab besar. Hadiah Nobel didedikasikan untuk orang yang bekerja dan mencoba untuk kedamaian di dunia.Saya merasa ini adalah sebuah tanggung jawab yang besar," ucapnya, dikutip dari sebuah video di BBC.

Baca Juga : Catat! 3 Drama Korea Ini Siap Tayang Oktober Hingga Desember 2018

Selain itu, Nadia Murad mengungkapkan bagaimana menjadi perempuan merupakan hal yang sulit.

"Setelah yang terjadi pada saya, saya menyadari hal yang paling sulit adalah menjadi seorang perempuan. Jika saya seorang pria ketika Daesh datang, saya mungkin akan dibunuh dengan 1 peluru. Namun karena seseorang adalah wanita, ia akan diperkosa. Anda butuh bertahun-tahun untuk menyampaikan pesan anda," ujar Nadia Murad.

Nadia melanjutkan, "Saya harap seluruh dunia akan mengijinkan perempuan untuk merasa aman ketika mereka ingin membicakan apa yang mereka lalui."

Menurut Nadia, telah ada ribuan perempuan Yazidi yang memberikan pengakuan mereka tentang penderitaan mereka baik melalui kamera atau tidak. (*)