Kisah Hebat Natarini Setianingsih, Penyintas Kanker Ganas Leukemia

By Alfiyanita Nur Islami, Selasa, 16 Oktober 2018 | 19:45 WIB
Natarini Setianingsih, penyintas kanker leukemia. (Alfi/NOVA.id)

NOVA.id - Tak ada keseganan sedikit pun ketika ia harus menceritakan kisah perjuangannya melawan kanker.

Natarini Setianingsih, salah satu pengidap kanker leukemia yang berhasil lolos dari kematian akibat kanker.

Berbeda dengan rekan sebayanya, ia harus menjalani masa remaja dengan kanker di tubuhnya.

Baca Juga : Serunya, Kini Membuat Paspor Bisa Dilakukan Sambil Santai di Mal!

Kabar buruk menimpa dirinya pada tahun 1996, saat ia baru saja bahagia dan semangat menginjakkan bangku di kelas sekolah menengah pertama.

Diagnosa kanker itu harus diterima Rini, sapaan akrabnya, saat ia berusia 12 tahun.

Masih cukup belia memang untuk seorang anak yang harus berjuang melawan penyakit ganas.

Baca Juga : Meghan Markle Hamil, Ayah dan Saudari Tiri Anggap Kehamilan sebagai Kesempatan!

Perkembangan sel kankernya tidak begitu cepat, orang tua Rini dengan sigap membawanya ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara medis.

Diakuinya, ia memang tak pernah sekalipun untuk mencoba pengobatan alternatif.

“Saya tidak pernah sih berobat secara alternative. Pertama ketauan kanker, langsung di bawa berobat ke dokter oleh orang tua,” katanya pada Redaksi NOVA saat ditemui seusai acara media briefing ‘Kenali Gejala Dini Kanker pada Anak’ di Kemenkes RI, Jakarta, Selasa (16/10).

Baca Juga : Yuk Kenali Gejala 6 Jenis Kanker Anak Sedari Dini, Apa Saja?

Untuk memastikan apakah ia positif kanker atau tidak, Rini bercerita harus diperiksa dengan Bone Marrow Puncture (BMP).

“Awal diperiksanya pake BMP, yang dengan tes sumsum tulang itu,” ujarnya.

Dideteksi kanker membuatnya harus secara rutin menjalankan rangkaian protokol kemoterapi.

Baca Juga : Berdasar Riset, Inilah Jenis Kanker yang Banyak Diderita Anak

“Satu kali protocol itu bisa lebih dari satu kali kemo. Saya menjalani sekitar enam protokol dan itu menghabiskan waktu 2 tahun,” terang Rini.

Tak hanya itu, ia juga harus menjalankan terapi radiasi untuk membunuh sel kankeryang berkembang di darahnya.

“Kemo terapi terus diradiasi juga kepalanya, 11 kali, dan itu totalnya menjadi 3 tahun,” lanjutnya.

Baca Juga : Apakah Kanker Pada Anak Dapat Dicegah? Begini Jawaban dari Ahlinya

Perjuangan Rini tak cukup sampai disitu, untuk dapat menjadi normal dan sembuh ia harus menempuh ratusan kilometer dari Pandeglang menuju Rumah Sakit Kanker Dharmais hanya dengan menggunakan bis umum.

“Dulu saya dari Pandeglang naik bis dulu ke Kalideres, terus nyambung lagi bis ke Dharmais, dan itu saya sama ibu saya aja berdua,” ceritanya.

Tak terbayang bagaimana menahan sakit setelah kemo dan harus kembali pulang ke rumah naik bis umum di jalan.

Baca Juga : Masuk Jurang dan Rusak Parah, Kecelakaan CRV di Magetan Instan Karma?

“Kalau dulu saya lihat ibu saya itu orangnya kuat ya, beliau yang antarkan saya untuk berobat. Bisa dibayangkan itu dulu orang tua saya dan saya harus pulang pergi pengobatan, kemoterapi, dengan kepala botak dulu yah, itu saya bareng-bareng dengan penumpang yang lain,” tandasnya.

Ketika ditanya mengapa sang ayah tidak ikut menemaninya berobat, ia menjawab “Kalau dua-duanya ikut mengantar nanti tidak ada yang bekerja, sedangkan pengobatan untuk kanker kan lumayan ya."

Di tahun itu (1996), diakui Rini pengobatan untuk kanker masih terbilang tidak terlalu merogoh kocek dalam jika dibandingkan dengan kondisi saat ini.

Baca Juga : 2 Foto Instagram Olga Syahputra Bikin Rindu, Salah Satunya Spesial!

Ia mengaku, orangnya bisa menghabiskan uang sekitar lima juta rupiah untuk satu kali kemoterapi.

“Terbayang dulu habisnya berapa kan, saya saja sampai 6 protokol, yang satu kali protokol itu bisa lebih dari satu kali kemo,” tandasnya.

Usaha pengobatan tersbeut ia lakoni selama tiga tahun lamanya.

Baca Juga : Setelah Pengumuman Kehamilan Istri, Pangeran Harry Dapat Peran Baru dari Ratu

Hingga akhirnya di tahun 1999, Rini bisa dinyatakan bebas dari perawatan.

Meski begitu, kebahagiaan Rini belum bisa dirasakan sepenuhnya.

Ia harus menunggu waktu 5 tahun ke depan agar bisa dinyatakan sembuh total.

“Tahun 1999 berhenti pengobatan, kemudian 5 tahun dari tahun itu dihitung dan diperiksakan ulang jika sudah tak ada sel kanker, maka saya dinyatakan sembuh total,” terangnya.

Baca Juga : Hati-Hati, Salah Mandi Bisa Bikin Penyakit Bersarang di Tubuh!

“Dan setelah 5 tahun berhenti penyembuhan, saya ternyata sembuh total hingga sekarang dalam kondisi sehat,” katanya.

Diakuinya, penyakit kanker ini bisa membawanya pada taraf hidup yang lebih baik.

“Sejak lulus kuliah hingga saat ini saya menjabat sebagai Sekretaris Indonesian Jounal of Cancer di Rumah Sakit Dharmais,” pungkas Rini.

Baca Juga : Miliki Kapal Senilai 3,8 Triliun, Ini Fakta Paul Allen Pendiri Microsoft yang Meninggal Dunia

Perempuan kelahiran 34 tahun lalu ini juga mendirikan Cancer Buster Community yang ditujukan untuk memotivasi seluruh pasien kanker di Indonesia.

Komunitas ini berisi mantan penderita penyakit kanker yang dinyatakan telah berhasil melawan penyakit ganas, yakni kanker.

Yuk Sahabat NOVA kita lebih semangat lagi dalam menjalani hidup.

Yakinlah bahwa tak ada masalah yang tidak bisa dihadapi. (*)