Duh, Si Kakak dan Adik Sering Tengkar? Tenang, Atasi dengan 5 Cara Ini

By Healza Kurnia, Selasa, 23 Oktober 2018 | 19:55 WIB
Ilustrasi pertengkaran kakak versus adik (istock)

NOVA.id - Jika si kecil dan si kakak tak pernah bertengkar, kita sepertinya harus heran bahkan musti waspada: ada apa, ya, dengan mereka?

Yup, karena pertengkaran antara anak kita yang kecil dengan kakaknya lumrah terjadi.

Penyebabnya, ya bisa seribu satu macam.

Seperti yang dikatakan Irma Gustiana A, M.Psi, psikolog dari Rumah Konsultasi Psikologi Irma and Co., pertengkaran pada anak-anak cenderung terjadi karena memang ingin mencari perhatian orang tuanya.

Baca Juga : Seorang Jurnalis Perempuan Diperkosa dan Dibunuh Usai Melaporkan Kasus Korupsi

Mereka tidak tahu bagaimana cara mencari perhatian yang tepat.

Jadi, anak di saat kecil bertengkar dengan saudaranya, sungguh hal yang wajar.

Yang kemudian menjadi masalah, apa dan di mana posisi orang tua saat itu?

Karena, jika salah posisi, bisa-bisa justru orang tua yang jadi “pihak ketiga” bukannya jadi penengah yang bijak tapi malah jadi sumber masalah pertengkaran.

Baca Juga : Berkaca dari Titi Qadarsih, Kebiasaan Makan Sepele Ini Picu Kanker Usus!

Jika anak bertengkar, walaupun jelas siapa yang salah dan benar, orang tua harusnya menjadi pemecah masalah, lebih tepatnya menjadi fasilitator, untuk mencari pemicu masalah dan jalan keluar yang disepakati oleh si kakak dan si adik.

Bahkan akan lebih baik lagi, jika kita bisa menjadi fasilitator yang mampu membuat anak menyelesaikan masalahnya sendiri.

Bagaimana caranya? Berikut beberapa tips dari Irma.

Baca Juga : Selingkuh Saat Masih Berstatus Suami Nafa Urbach, Zack Lee: Itu Masa Paling Berat dalam Hidup Aku

1. Duduk bareng dan bicara

Ketika pertengkaran anak terjadi dan setiap anak meminta dukungan kita.

Segeralah duduk bareng dan bicarakan masalah yang terjadi.

Biarkan si kakak dan si adik menceritakan permasalahan masing-masing agar bisa diketahui seperti apa duduk permasalahannya.

“Biarkan mereka menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan.Tapi tidak saling menyalahkan, versi Kakak bagaimana, versi Adik bagaimana. Melalui hal ini sebenarnya orangtua bisa melihat siapa yang ceritanya paling lebay dan penuh drama dan merasa menjadi korban padahal sebenarnya dia yang mulai. Dari hal ini orang tua bisa menjadi tahu bagaimana model anaknya, apakah drama banget atau cuek, dan mengapa perilakunya bisa seperti itu,” kata Irma.

Baca Juga : Sederhana dan Cantik, Begini Tampilan Kahiyang Ayu Hadiri JFW 2019!

2. Kembalikan kepada anak

Jika sudah mengetahui alasan dari setiap anak, kembalikan lagi kepada mereka jalan keluar seperti apa yang mereka inginkan.

Sehingga anak dapat belajar menyelesaikan masalah sendiri tanpa harus terus-terusan bergantung kepada orang tuanya.

Baca Juga : Bertemu di Bandara, Rossa Bersandar Mesra di Bahu Ivan Gunawan

3. Diakhiri dengan kata maaf

Usahakan selalu mengakhiri pertengkaran dengan bersalaman dan saling memaafkan.

Maaf itu, kan, salah satu magic words yang secara sosial nanti akan berdampak positif dalam kehidupan anak, baik di sekolah atau bermasyarakat.

Akan tetapi untuk anak menerapkan dan menerima kata maaf itu memang tidak gampang.

Anak harus diajarkan secara audio dan visual serta dicontohkan oleh orang tuanya.

“Jangan berharap anak akan mengucapkan maaf kalau kitanya sendiri sebagai orang dewasa tidak pernah mencontohkan untuk mengucapkan kata-kata maaf. Contohkan di kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mengucapkan kata maaf ketika datang telat kepada suami. Dari hal-hal seperti itu anak akan mendengar, belajar merasa bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang harus dilakukan jika kita melakukan kesalahan, ingkar janji, dan menyakiti orang lain,” pesan Irma.

Baca Juga : Mukjizat Tuhan! Dikira Meninggal Saat Tsunami Palu, Bayi 2 Bulan Ditemukan di Atas Pohon

4. Perkuat aturan dasar

Agar anak tidak mudah bertengkar, buat peraturan yang mendasari peraturan-peraturan yang ada di rumah.

Jika peraturan dasar di rumah sudah berjalan dengan baik, biasanya anak tidak akan bertengkar.

Misalnya peraturan untuk mengantre dan menghormati.

Bereskan dulu aturan-aturan dasar, karena hal tersebut akan berpengaruh kepada aturan aturan yang lebih kecil lagi.

Baca Juga : Main dengan Bunga Zainal, Dimas Anggara Mengaku Menderita, Kenapa ya?

5. Konsekuensi

Jika aturan-aturan dasar sudah dibenahi baru masuk ke konsekuensi dan reward.

Jika aturan dilanggar, biarkan anak yang menentukan konsekuensinya seperti apa.

Hal ini dilakukan agar mereka memiliki pemahaman bahwa setiap kesalahan pasti ada konsekuensi.

Baca Juga : Apa Kata Zodiak Minggu Terakhir di Bulan Oktober 2018? Ada Perubahan Mendadak untuk Taurus

Kalau orang tua terus menerus yang menerapkan, anak jadi tidak banyak belajar dan berpikir.

Dan satu lagi, sebelum lupa, janganlah pernah kita bertengkar dengan suami di depan anak-anak.

Karena, ini juga satu contoh buruk bahwa setiap masalah harus diselesaikan dengan pertengkaran.(*)

(Melissa Tuanakotta)