“Tapi masih ada anak muda Indonesia yang belum kenal batik, bahkan seusia saya juga ada yang belum tahu yang disebut batik itu apa.
Padahal, batik itu mendapatkan penghargaan karena prosesnya. Pencantingnya itu sudah semakin sedikit.
Saya cuman ketemu satu orang yang bikin canting tulis di Pekalongan, lalu yang bikin canting cap ada 25 orang. Sedangkan, di Solo tinggal 10 orang yang bikin canting capnya dibandingkan 260 juta rakyat Indonesia,” tambah Ayu Diah.
Baca Juga : Kebakaran Gardu Listrik Terjadi di Dekat Rumahnya, Wulan Guritno Geram dan Panik!
Lalu, Ayu Diah juga bercerita perihal pertemuannya dengan Nur Cahyo, seorang pembatik yang mampu membuat batik dengan 4 warna yang juga mendapatkan penghargaan dari CHI Award 2018.
“Kami bertemu dengan Bapak Nur Cahyo, ternyata beliau itu mampu mengumpulkan anak-anak muda untuk mengajarkan batik, misalnya yang dilatih ada 50 orang tapi yang serius hanya dua. Meskipun yang serius hanya sedikit, tapi hal itu harus dilakukan daripada tidak sama sekali,” jelas Ayu Diah.
Ayu Diah juga menambahkan bahwa dirinya bersama teman-temannya yang juga punya kepedulian dan peranan besar terhadap batik ingin bertemu dengan pihak pemerintah melalui Kemendikbud untuk mengusulkan batik sebagai salah satu yang bisa diajarkan melalui pendidikan.
Baca Juga : Disentil JRX SID Perihal Lagunya, Via Vallen Lakukan Klarifikasi
“Kita ingin ketemu sama Kemendikbud dan menyampaikan usul bagaimana kalau membatik itu diajarkan sebagai salah satu esktrakurikuler. Batik ini punya kita loh, udah diakuin unesco, masa kita enggak mau mengajarkan ini melalui pendidikan,” kata Ayu Diah.
Menurut Ayu Diah, paling tidak mendorong pemerintah untuk mulai dulu sekolah dengan ada kegiatan yang berkaitan dengan batik, sehingga ketika anak-anak mencoba, anak-anak akan lebih kenal dengan batik atau mungkin jadi jatuh cinta dengan batik.(*)