3. Keluar dari zona nyaman
Kalau biasanya film-film Indonesia lebih sering mengambil lokasi di tempat-tempat mainstream, maka film garapan Mouly Surya memilih mengambil lokasi yang demikian berbeda.
Sumba sebagai latar dipilih Mouly sebagai ajakan untuk keluar dari zona nyaman, karena ingin menunjukkan kepercayaan lain selain yang dianut mayoritas, yakni kepercayaan lokal Sumba, Marapu, yang muncul dalam filmnya.
Bukan hanya soal latar, genre Western yang diangkat Mouly dalam film ini juga menawarkan sesuatu yang lain.
Baca Juga : Mewah dan Unik, Begini Acara Resepsi Lindswell Kwok dan Achmad Hulaefi
Hal ini tampak dari hadirnya kuda, musik serta lagu daerah, padang sabana, yang menjadi simbol-simbol untuk menunjukkan genre Western.
Belum lagi dari segi cerita yang menggambarkan seorang perempuan di tengah kondisi serba penuh ancaman, bukannya panik dan menangis, melainkan memilih menyelamatkan diri dengan memenggal kepala sang pelaku.
Baca Juga : Musim Hujan Bikin Bibir Mudah Kering, Yuk Atasi dengan 3 Langkah Ini !
4. Apreasi tinggi luar negeri
Sebelum resmi tayang di Indonesia 16 November 2017, film yang diproduksi oleh Cinesurya Production bersama dengan Kaninga Pictures, serta berkolaborasi dengan Prancis, Malaysia, Singapura, Thailand ini faktanya sempat berkunjung ke berbagai festival film Internasional.
Di antaranya Cannes, New Zealand, Toronto, Busan, Melbourne, dan Maroko.
Film ini pun berhasil memperoleh penghargaan sebagai film dengan skenario terbaik pada Festival International du Film de Femmes de Salé (FIFFS) di Maroko, film terbaik Asian NestWave dari The QCinema Film Festival, Filipina.
Wah, wajar dong, ya, kalau film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil juga jadi juara umum FFI 2018 di negaranya sendiri? Sekali lagi, selamat! (*)
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR