NOVA.id- Jika saling mencintai seharusnya saling menghargai dan tak menyakiti.
Ya, pada dasarnya hubungan yang berdasarkan kasih akan selalu saling menguntungkan dan membahagiakan kedua belah pihak.
Nah, jika salah satu pihak sudah merasa dirugikan dan tak merasa bahagia dalam hubungan, maka bisa saja masuk dalam kondisi toxic relationship.
Baca Juga : Menangis Tanpa Suara, Ini Jeritan Hati Anak-Anak Ussy Sulistiawaty Terhadap Pembully
“Toxic relationship terjadi akibat adanya kesenjangan antara power dan kontrol di antara kedua belah pihak, ada yang dominan dan salah satunya dianggap selalu salah. Ini adalah hubungan yang tidak sehat. Mulai dari yang ringan, sedang, hingga kepada perilaku yang abusive,” ujar Inez Kristanti, M.Psi., psikolog dewasa.
Isu toxic relationship yang tengah hangat dibicarakan kaum millenial ini pun diangkat dalam talkshow Human Rights Festival dengan tema Respect For All.
Talkshow ini membeberkan fakta bahwa hubungan yang toxic dan merugikan salah satu pihak ini bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM), loh.
Baca Juga : Tak Direstui dengan Adly Fairuz, Angbeen Rishi Ungkap Beda Keyakinan Hingga Telah Dijodohkan!
Pasangan yang posesif, pencemburu, banyak melarang, dan semacamnya memiliki indikasi yang
melanggar HAM.
“HAM itu ada kesetaraan, ada penghargaan atas hak orang lain, dan ada dasar kemanusian.
Berkaitan juga dengan hak mengembangkan diri dan tidak menerima kekerasan. Jika melihat yang terjdi dalam toxic relationship maka bisa termasuk pelanggaran HAM,” ujar Natalina Naibaho, pengajar dan ketua sentra HAM FHUI.
Baca Juga : Batalkan Acara Natal karena Keluarga Kerajaan, Kate Middleton Marah dan Menangis pada Pangeran William
Nah, Jika Sahabat NOVA menyadari tengah mengalami toxic relationship, sebaiknya segera mengambil jalan keluar dari hubungan ini.
Sebab jika dibiarkan hubungan ini akan menjadi parasit yang membuat diri menjadi rugi dan hak asasi tak dihargai. (*)
Maria Ermilinda Hayon
KOMENTAR