Perlu diketahui, polemik yang terjadi ini mungkin saja disebabkan karena tidak berkembangnya penerapan pendidikan keagamaaan di Indonesia, sehingga membuat kita jadi kurang bisa untuk toleransi.
"Di Kementrian Agama, sudah 4 tahun lalu menyadari bahwa pengajaran nilai-nilai keagamaan kita masih menitik-beratkan pada hal-hal formalistis," jelas Lukman Hakim Saifuddin.
Kita sedari dulu hanya diajarkan ayat-ayat dari kitab suci termasuk ritual-ritual keagamaan, tanpa mendalaminya dengan pemikiran komprehensif.
Baca Juga : Usai 11 Jam Diperiksa Polisi Terkait Prostitusi Online, Ini Penampilan Polos Fatya Ginanjarsari tanpa Makeup
Padahal, pada dasarnya semua agama yang ada di Indonesia itu pasti mengajarkan kita untuk toleransi antarmanusia, keadilan, dan cinta dengan bumi yang manusia itu pijak.
"Kita jangan terjebak di kulit luar mengarah kepada substansi. Dan kita harus menghargai dan menghormati, yang tidak boleh itu adalah pemaksaan.
Silahkan orang mengajarkan agama dengan ajarannya, jangan menyeragamkan dan jangan memaksa" jelas Lukman.
Karena itulah, Lukman mengimbau generasi milenial untuk lebih mengedukasi diri dengan beragam informasi positif tentang agama dan nasionalisme.
Baca Juga : Perempuan Memilih: Hasil Debat Pilpres 2019, Fakta hingga Saling Serang
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR