Bukan hanya tentang perubahan status, tapi juga perubahan rutinitas, di mana individu itu memerlukan adaptasi dengan kebiasaan baru.
Perempuan yang memutuskan menikah juga punya peranan ganda, dia harus jadi istri suami, anak dari orang tuanya, dan anak dari mertuanya yang notabene punya latar belakang, nilai-nilai, kebiasaan, dan harapan berbeda.
Jadi, semakin banyak peran yang dijalankan di satu waktu, itu semakin besar konfliknya,” terang Mellissa.
Baca Juga : Ayah Puput Nastiti Devi Akui Putrinya akan Dipinang Ahok, Kapan Pernikahan Digelar?
Kesiapan mental pasangan suami-istri yang belum matang juga bisa menjadi satu permasalahan yang berujung perceraian.
Kendati demikian, apakah wajar bila perceraian semakin banyak terjadi?
“(Perceraian sebetulnya sah) Asalkan salah satu pihak atau kedua belah pihak merasa bahwa hubungan ini tidak lagi sehat buat dia atau mereka, secara fisik maupun mental.
Baca Juga : Jarang Terekspos, Intip Penampilan Seksi Mayangsari saat Makan Malam bersama Keluarga Cendana
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR