Bahkan dia juga menyadari tulangnya patah setelah sang ibu menyadari ada yang salah dengan tubuhnya.
Dokter Cameron kemudian memerikan rujukan pada ahli genetika nyeri di University College London dan University of Oxford.
Dari situ mereka menemukan bahwa Cameron mengalami mutasi genetik, termasuk satu pada kromosom yang mengkode enzim yang disebut FAAH.
Baca Juga : Jangan Buang Daun Singkong dalam Nasi Padang Jika Tak Mau Tubuh Terserang Kolesterol Tinggi!
Gen FAAH dari Cameron membuat jenis enzim yang dimodifikasi, yang ditunjukkan pada penelitian sebelumnya untuk mengurangi presepsi nyeri.
Dari situ, dokter juga melakukan mutasi genetik yang lainnya di dekat gen FAAH.
Cacat yang dialami Cameron adalah cacat biokimiawi yang meningkatkan zat kimia otak yang menyebabkan dia tidak merasa sakit, dia pelupa dan dia sangat bahagia. (*)
KOMENTAR