NOVA.id - Sebentar lagi kita akan menyambut bulan Ramadhan, tapi sebagian dari kita khawatir tidak bisa menjalankannya, terutama bagi pengidap diabetes.
Sebab, saat seseorang mengidap diabetes, tentu kesehatan kita akan semakin menurun jika melakukan puasa.
Terlebih, bagi kita yang mengidap diabetes juga tidak pandai dalam mengelola asupan makanan.
Baca Juga : Dipilih Sebagai Sosok Perempuan Kuat 2019, Nagita Slavina Tuai Pujian Netizen
Terutama, bagi pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT 2) yang akan riskan terkena hipoglikemia.
Risiko hipoglikemia pada pasien DMT2 bisa meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, penting bagi pasien DMT2 untuk mengontrol kadar gula darah agar ibadah puasa dapat berjalan baik.
Baca Juga : Di Atas Panggung, Lisa BLACKPINK Dibuat Menangis oleh Seorang Penggemarnya, Kenapa?
Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL.
Gejala hipoglikemia adalah jantung berdebar, gemetar, kelaparan, keringat dingin, cemas, lemas, kesulitan mengontrol emosi dan kosentrasi, serta kebingungan.
Pada tahap berat (kadar glukosa <50mg/dL) pasien dapat kehilangan kesadaran, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah hingga kontraksi detak jantung yang berujung pada kematian.
Baca Juga : Ketegaran Nikita Mirzani Runtuh dalam Air Mata saat Anak Ketiganya Lahir, Ada Apa?
Hasil studi EPIDIAR pada tahun 2001 di 13 negara dengan populasi muslim yang besar, dengan sample sebanyak 12.914 orang menunjukkan setidaknya 79% dari sample tersebut menjalani ibadah puasa saat Ramadhan.
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan, ”Selama Ramadhan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2."
"Hal ini dikarenakan pasien DMT2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis."
Baca Juga : Peringati Hari Bumi, Tupperware Indonesia Gelar Tupperware Runation Sebagai Bentuk Peduli Lingkungan
"Oleh karena itu, sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir risiko hipoglikemia.” jelasnya.
Lebih lanjut Prof. Ketut Suastika menjelaskan, ”Selain itu, upaya yang dapat dilakukan pasien DMT2 dalam menghindari hipoglikemia adalah menjalankan pola diet seimbang; aktif beraktivitas fisik.
Dan, rutin memantau kadar gula darah secara berkala; serta melakukan perubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan."
Baca Juga : Setahun Bercerai dari BTP, Veronica Tan Kepergok Jualan Daging Bakar Bersama Anak-anaknya
Hipoglikemia bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kejang dan hilang kesadaran.
Berdasarkan studi Aravind SR pada tahun 2011 dengan metode observasional menunjukkan 20% dari 1.378 pasien DMT2 mengalami hipoglikemia selama mengonsumsi sulfonilurea pada bulan puasa.
Studi tersebut kemudian dilanjutkan pada tahun 2012, di mana Aravind melakukan perbandingan konsumsi kelas terapi DPP4i dengan sulfonilurea.
Baca Juga : Reino Barack Ungkap Tanggal Putusnya dengan Luna Maya, Hingga Alasan Putus karena Masalah Hukum!
Lihat postingan ini di Instagram
Hasil studi menunjukkan penggunaan kelas terapi DPP4i pada pasien DMT2 terbukti menurunkan risiko hipoglikemia sampai dengan 50% dibandingkan dengan sulfonilurea.
Medical Affairs Director Merck Sharp & Dohme (MSD), Indonesia, dr. Suria Nataatmadja mengatakan, “Tidak sedikit pasien DMT2 yang antusias menyambut Ramadhan dan bertekad untuk menunaikan ibadah puasa."
"Berdasarkan survei yang diadakan oleh MSD, 73% dokter setuju bahwa faktor budaya seperti puasa memengaruhi kendali kadar gula darah pasien DMT2."
Baca Juga : Peringati Hari Bumi, Tupperware Indonesia Gelar Tupperware Runation Sebagai Bentuk Peduli Lingkungan
Dalam mengendalikan kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia, pasien DMT2 dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang melepaskan energi secara lambat seperti biji-bijian, beras merah, produk susu rendah lemak dan kacang-kacangan saat sahur dan buka puasa.
Hal ini untuk terhindar dari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi; meningkatkan asupan cairan selama jam tidak berpuasa; serta yang terpenting mengunjungi dokter kamu untuk mendapatkan rekomendasi manajemen diabetes selama bulan puasa.(*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR