NOVA.id - Bulan suci Ramadhan tentu menjadi momen istimewa. Sehingga, menyambut datangnya bulan puasa pun sejumlah daerah di Indonesia memiliki tradisinya sendiri.
Salah satunya adalah tradisi puasa di Surabaya dengan membagikan kue apem.
Menurut cerita seperti yang dilansir NOVA.id dari kompas.com, istilah apem diambil dari kata dalam Bahasa Arab, yakni 'afwun' yang berarti maaf.
Baca Juga : Kegiatan Yuni Shara Bersama Muridnya di Hari Pendidikan Nasional Tuai Pujian Netizen
Namun, pengucapan ini dipermudah menjadi 'apem'.
Tradisi membagikan kue apem ini dikenal dengan istilah megengan.
Kata Megengan berasa dari Megeng, yang artinya menahan.
Maksud dari tradisi ini adalah tradisi menjelang bulan Ramadhan yang mengharuskan kita menahan segala hawa nafsu dan tradisi puasa ini biasa dilakukan menjelang minggu terakhir bulan Sya’ban.
Baca Juga : Usai Murka saat Ditanya Pekerjaan Fadel Islami, Muzdalifah Ungkap Curahan Hatinya di Instagram
Tradisi megengan ini konon dikenalkan Sunan Kalijaga saat penyebaran agama Islam di Jawa, terutama Jawa timur.
Dalam megengan biasanya ada acara mendoakan sesepuh yang telah wafat.
Megengan lebih bersifat sosial karena tradisi ini adalah membagikan makanan dan kue kepada tetangga dan kerabat.
Baca Juga : Geram, Gading Marten Beri 2 Bantahan Saat Disinggung Perempuan Ini
Salah satu kue yang menjadi primadona bahkan bisa dibilang kue yang harus ada dalam antaran tersebut adalah kue apem.
Kue apem biasanya terbuat dari tepung beras, tape singkong, santan, ragi, dan beberapa bahan lainnya.
Tak hanya kue apem saja, masyarakat juga sering menambahkan pisang raja untuk melengkapi tradisi puasa yang satu ini.
Baca Juga : Bongkar Sisi Lain Irwan Mussry, Maia Estianty Samakan Sang Suami dengan Ayahnya
Apem dan pisang bila disatukan akan menjadi payung yang melambangkan perlindungan dari segala cobaan selama menjalankan ibadah di bulan Ramadan.
Baca Juga : Di Hadapan Luna Maya, Syahrini Pernah Bicara pada Reino Barack untuk Carikan Jodoh
Dilihat dari bahan dasar apem yang adalah tepung beras putihnya, melambangkan kebersihan dan kesucian.
Sedangkan santan merupakan sari buah kelapa atau santen sebagai akronim dari kata Jawa sagetho nyuwun pangapunten, yang berarti permohonan maaf.
Gula dan garam melambangkan perasaan hati. Apabila semua bahan-bahan itu dijadikan satu, bermakna simbolis, yaitu kesucian dan ketulusan perasaan hati manusia.
Jadi, makan kue apem bisa diartikan memohon maaf kepada keluarga, sanak saudara dan teman.
Baca Juga : Kamar Tidur Maia Estianty di Maldives Patok Harga Rp31,8 Juta Per Malamnya! Seperti Apa Tampilannya?
Usai makan apem, biasanya orang-orang saling bersalaman meminta maaf dan kemudian membaca doa.
Tak hanya itu, masyarakat juga melakukan ziarah ke makam keluarga untuk mendoakan mereka yang telah meninggal dunia.(*)
KOMENTAR