NOVA.id – Sudah bukan rahasia lagi, jika masyarakat Indonesia mayoritas memeluk agama Islam yang turut mempengaruhi pergerakan bisnis halal di Tanah Air.
Tak bisa dipungkiri, pasar wisata halal merupakan salah satu sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan tercepat di seluruh dunia.
Indonesia sendiri, pada April 2019 berhasil menduduki peringkat pertama dari 130 negara di dunia versi global muslim travel index.
Baca Juga : Ikut Rayakan Hari Ibu Internasional, Shakira Buat Sendiri Kado Spesial untuk Denada
“Ini adalah suatu rangking di mana memperlihatkan Indonesia sudah siap menjadi negara yang memajukan bisnis halalnya,” kata Tazbir Abdullah, Team Calender Event Kementerian Pariwisata dalam Diskusi Forum Bisnis yang diselenggarakan di tengah acara Indonesia International Islamic Fair (IIIF) di Balai Kartini Jakarta Selatan, (10/05).
Menurut Tazbir, pengertian bisnis halal sendiri tidak semata tentang sekadar memisahkan ruang laki-laki dengan perempuan atau tentang minuman alkohol, tapi juga mencakup bisnis yang lebih besar.
“Salah satu bisnis halal itu adalah juga menyangkut fashion. Karena itu kita sudah menargetkan tahun 2024 Indonesia menjadi pusat fashion muslim dunia,” kata Tazbir .
Baca Juga : Anaknya Tewas Dimutilasi, Ibu Vera Oktaria Ungkapkan Sifat Kasar Kekasih Putrinya
Sejalan dengan target itu, Tazbir memuji upaya Anna Mariana dalam menyelenggarakan pameran IIIF 2019.
“Pameran yang baru pertama kali diselenggarakan ini, memang tidak bisa langsung sukses. Perlu waktu sampai empat atau lima kali. Namun, yang pasti (event) ini akan menjadi embrio penting menuju Modest Fashion 2024!” pungkasnya.
Anna Mariana yang juga menjadi pembicara dalam forum itu, mengatakan tidak ada halangan besar dalam mengejar target pemerintah untuk tahun 2024 tersebut.
Baca Juga : 6 Asupan Makanan yang Perlu Diperhatikan untuk Dapatkan Perut Six Pack
Sebagai desainer dan pelopor lahirnya tenun dan songket baru Nusantara, Anna mengaku sangat siap memasuki era terdepan dari Modest Fashion Indonesia.
Bersama butiknya House of Marsya, ia bahkan sudah berulang kali melakukan penjualan busana karya etniknya ke beberapa negara di Timur Tengah.
“Yang perlu diperhatikan teman-teman desainer lain yang baru akan melakukan ekspor busana ke negara-negara muslim adalah, mereka perlu berhari-hati memilih motif desain dari bahan yang digunakan.”
“Hindari penggunaan desain yang menggunakan makhluk bernyawa, seperti manusia dan fauna, karena di sana penggunaa motif semacam itu memang dilarang! Sebab menurut Islam, dalam pakaian bergambar terdapat unsur pengagungan yang lebih terhadap gambar!” terangnya. (*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR