NOVA.id - Menjadi dokter dadakan bagi anak, memang diharuskan.
Sebab, orang tua memang harus siap sedia dengan segala sesuatu yang menimpa anak.
Apalagi ketika anak sedang jatuh sakit.
Baca Juga: Gara-Gara Foto Ini, Nagita Slavina Dikaitkan dengan Al Ghazali oleh Netizen! Kenapa?
Tapi perhatikan kemunculan tanda bahaya.
Tanda bahaya?
Yup! Sebab ketika tanda ini muncul, maka peran kita sebagai dokter dadakan mesti dialihkan.
Dan kita harus segera mengambil tindakan.
Jadi, kapan kita harus membawa si kecil ke dokter sungguhan?
“Misalnya kalau demam, demamnya sudah lebih dari tiga hari atau anaknya tidak mau makan dan minum sama sekali sehingga tidak ada masukan. Atau muncul tanda-tanda selain batuk dan pilek, seperti sesak nafas, maka harus dibawa ke dokter,” saran dr. Wahyuni.
Artinya, patokan tanda bahaya muncul yang perlu diperhtikan ibu adalah saat penyakit-penyakit yang tidak berbahaya pada anak.
Baca Juga: Selalu Terlihat Mesra, Maia Estianty Justru Sebut Sikap Irwan Mussry Kini Berubah
Seperti batuk, pilek, diare, yang tidak kunjung sembuh.
Memang, kenapa harus menunggu 3 hari?
“Biasanya butuh waktu. Kalau infeksi virus itu 3 sampai 5 hari sudah mulai membaik, misalnya, demamnya akan mulai turun. Jadi kita tunggu, selama tidak ada tanda-tanda bahaya, sambil memberikan terapi lain dengan sabar di rumah,” jelas dr. Wahyuni.
Baca Juga: Biasa Harmonis, Anang Hermansyah dan Ashanty Ribut karena Lagu Jangan Memilih Aku
Namun, jangan pula terpatok menunggu selama tiga hari baru dibawa ke tenaga medis.
Apabila gejala yang diderita anak sudah memiliki tanda bahaya sejak awal kemunculannya.
Maka bergegaslah bawa anak ke rumah sakit atau dokter yang biasa menanganinya.
Baca Juga: Menikah Beda Keyakinan, Kimmy Jayanti Gelar 7 Bulanan Adat India
“Kalau dari awal kondisinya sudah tidak bisa makan dan minum sama sekali, muntah-muntah terus, atau dari awal sudah ada tanda-tanda selain batuk dan pilek biasa misalnya, seperti ada sesak nafas, tentu harus segera dibawa, tidak perlu menunggu selama tiga hari,” terang dr. Wahyuni.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR