“Memang ada satu tempat yang tidak bisa kita datangi, karena bekas kebakaran gitu. Mungkin nanti bisa masuk dan lihat kondisinya di malam hari kaya gimana sih, karena akan beda ceritanya kalo masuk ke situ,” papar Asep.
Selama 4 jam mereka diajak berkeliling museum sembari berdiskusi dengan diselingi canda tawa yang menghangatkan suasana.
Lalu setelahnya diajak berkumpul di ruang kantin yang menjadi ruang utama atau “kamar tidur” sekitar 100 orang peserta.
Baca Juga: 2 Penyakit Menular Ini Mengintai Kita Jika Malas Membersihkan Peralatan Tidur!
KHI memang membatasi peserta, kata Asep, “Tempat bersejarah atau situs sejarah museum itu kan punya kerentanan, dari mulai tidak boleh terlalu panas, enggak boleh banyak orang, enggak boleh suara bising karena bisa retak.”
“Tidak boleh terlalu banyak orang, karena bisa ambruk kan. Jadi sudah kita pertimbangkan. Bahkan nanti tur pun akan kita bagi kelompok, jadi 100 orang ini sudah maksimum,” lanjut Asep.
Bangunan tua museum memang tidak sepenuhnya tua, ada beberapa peralatan modern yang kini sudah menyeruak masuk ke dalam bangunan, seperti adanya pendingin ruangan.
Baca Juga: Wah, Ini 3 Cara Cerdik Tangkap Peluang Usaha Saat Traveling! Simak, yuk!
Tujuannya tentu demi kenyamanan pengunjung.
Selebihnya, bangunan ini tetap seperti dulu kala, enggak ada yang berubah. (*)
Penulis | : | Siti Sarah Nurhayati |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR