NOVA.id - Selasa, (09/07) RS Atma Jaya bersuka cita meluncurkan Paviliun Bonaventura yang berlokasi di Pluit, Jakarta Utara.
Pembangunan unit ini sejalan dengan misi RS Atma Jaya guna memfasilitasi layanan kesehatan komprehensif yang bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Peluncuran Paviliun Bonaventura juga tak lepas dari sejarah berdirinya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Katolik Atma Jaya.
Baca Juga: Stop Jadi Perempuan Sein Kanan tapi Belok Kiri, Ini 4 Cara Agar Bugar dan Konsentrasi Naik Motor
"Diluncurkannya Paviliun Bonaventura dapat semakin melengkapi sarana dan prasarana program-program studi yang berhubungan dengan pendidikan dan penelitian di lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya," ujar Ir. Aswin Wirjadi, Ketua Pengurus Yayasan Atma Jaya.
Pada kesempatan ini, RS Atma Jaya juga mengangkat tema terkini mengenai deteksi dini saraf penciuman yang menjadi indikator awal kerusakan otak dan faktor risiko demensia.
Kini, RS Atma Jaya menjadi satu-satunya rumah sakit yang menyediakan layanan tersebut di Indonesia.
Baca Juga: Hanya Butuh Waktu 2 Jam, Kesaksian Penggali Kubur Siapkan Makam Sutopo Kepala Pusdatin BNPB
Menurut Dr. Meta Dewi Thedja, M. Biomed., Ph.D, Direktur Utama RS Atma Jaya, rumah sakit ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya Atma Jaya Neuroscience and Cognitive Center (ANCC), Pelayanan Geriatri dan Orthopedic Center.
Menjelaskan seputar Pelayanan Geriatri, Dr. Rensa, Sp.PD-K.Ger, spesialis Geriatri RS Atma Jaya mengungkapkan bahwa proses penuaan tidak bisa dicegah namun hanya bisa diperlambat.
Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami penurunan fungsi organ, termasuk otak.
Baca Juga: Jadi Istri Pejabat Tinggi TNI, Bella Saphira Ungkapkan Kekurangan Selama Ini, Kenapa?
"Pola hidup sehat sejak masa muda, menentukan kesehatan otak di masa tua. Tanpa sadar semua investasi yang sudah mulai Anda lakukan sekarang sangat bergantung pada satu hal yang utama yaitu ketangkasan intelektual Anda. Investasi otak adalah bagaimana tetap menjaga otak Anda tetap sehat dan produktif," ungkap Dr.dr. Yuda Turana, Sps.
Berdasarkan penelitian, gangguan saraf penciuman ternyata tanda awal proses penuaan otak yang menjadi faktor risiko demensia.
"Pemeriksaan menggunakan aroma familiar dengan kondisi Indonesia. Bila pasien tidak mampu mengidentifikasi jenis aroma padahal tidak sedang pilek atau ada gangguan hidung lain, maka kemungkinan besar sebagai prediktor prademensia," lanjutnya.
Beberapa aroma yang biasanya digunakan sebagai alat Olfactory Test termasuk minyak cajuput, kopi, melati, mentol, tembakau, minyak tanah, pandan, kapur barus, coklat, dan jeruk. (*)
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR