Tak soal itu saja, film ini juga fokus menceritakan tentang masyarakat adat, khususnya Pak Iber dalam memperjuangkan haknya untuk mendapatkan hutannya kembali dan bagaimana nasib keluarga Pak Iber sendiri.
"Pak iber sendiri adalah penyintas mega rice project zaman orde baru, jadi dia adalah korban yang sebagian besar lahannya diambil untuk mega rice project atau pembukaan lahan gambut 1juta hektar.
"Tapi kata pak iber lebih dari itu, 1,5 juta hektar lahan pembukaan hutan untuk dijadikan sawah ya, untuk revolusi hijau waktu itu, menuju swasembada pangan.
Baca Juga: Tak Kalah Humoris dari Sang Cucu, Begini Tanggapan Ratu Inggris Saat Turis Tak Mengenalinya
"Tapi kan akhirnya gagal kemudian pasca itu kan hutan sudah habis, kekeringan terjadi, dan sejak itu hutan Kalimantan terus terbakar hampir tiap tahun.
"Kenapa akhirnya judulnya bara the flame karena simbol ya sebagai simbol bara di dalam hati, bisa juga mewakili semangat kedepannya untuk terus berjuang dan juga menggambarkan situasi Kalimantan sekarang," ujar Arfan.
Arfan menambahkan, "Semua punya keluarga, kita juga ingin generasi kedepannya juga merasakan hal yang sama (hutan yang asri).
Baca Juga: Merry Kembali ke Jakarta Karena Batal Nikah, Asisten Raffi Ahmad Beralasan Takut Jadi Musuh Keluarga
"Jujur saja, anak cucu kita yang akan mempertanyakan. Anak cucu kita bahkan berhak menuntut kita, apa yang kita lakukan sekarang hingga sampai terjadi seperti ini? Pak Iber dan kita semua tak mau berdosa ke generasi kedepannya."
(*)
KOMENTAR