NOVA.id - Baru-baru ini Basuki Tjahaja Purnama alias BTP baru saja menggelar acara 7 bulanan kehamilan sang istri baru, Puput Nastiti Devi.
Pada Minggu, (27/10) BTP dan Puput terlihat mengenakan pakaian adat Jawa bernuansa cokelat seperti diwartakan NOVA.id sebelumnya.
Tampak kehadiran sang putra, Nicholas Sean dalam acara tersebut.
Baca Juga: BTP dan Puput Nastiti Gelar Acara 7 Bulanan, Veronica Tan Jadi Tamu Spesial Acara Lain
Namun, tidak terlihat batang hidung sang mantan istri Veronica Tan.
Rumah tangga BTP dan Veronica Tan kandas setelah 20 tahun bersama.
Sebelum cerai, BTP rupanya pernah menulis sepucuk surat untuk Vero dari balik jeruji besi seperti diwartakan NOVA.id pada Jumat, 8 September 2017.
Baca Juga: Kuasa Hukum Beberkan Firasat Buruk BTP Menjelang Perceraiannya dengan Veronica Tan: Kamu Siap-Siap!
Sepucuk surat ditulis mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau BTP untuk sang istri, Veronica Tan dalam perayaan hari perikahan ke-20 tahun yang jatuh pada tanggal 6 September 2017 lalu.
Dari balik jeruji besi BTP yang dikenal sebagai pribadi yang keras itu menyusun ungkapan-ungkapan manis untuk kekasih hatinya.
Surat cinta BTP tersebut dibacakan pada saat acara ungkapan terimakasih keluarga BTP untuk para penulis buku BTP di Mata Mereka yang digelar di Jakarta Pusat.
Baca Juga: Ungkapan Hati Terbaru Veronica Tan Singgung Soal Punya Hati, Ada Apa?
Kala itu, surat dibacakan oleh putra BTP, Nicholas Sean, saat penutupan acara berlangsung.
"Pada saat akan dibacakan Bu Vero tidak tau, karena acara memang sudah akan ditutup tapi tiba-tiba Nico berdiri di depan dan membacakannya," ujar Staf BTP, Imadya yang turut hadir dalam acara tersebut.
Dalam surat yang dibacakan Nico, BTP mengungkapkan betapa bersyukur dirinya meski kini harus mendekam di dalam penjara.
Baca Juga: Bawa-Bawa Firman Tuhan, BTP Keceplosan Dianggap Robot oleh Veronica Tan, Alasannya Cerai?
"Saat ini aku harus berterima kasih akan keadaan saat ini kepada semua pihak yang menyebabkan aku menjadi narapidana dan ditahan langsung tanpa menunggu proses lebih lanjut," demikian penggalan isi surat seperti dikutip dari Kompas.com.
BTP pun mengingat saat-saat Vero menyebutnya seperti robot yang bekerja dari pagi hingga petang dengan jadwal yang padat dan pekerjaan yang menumpuk.
"Tak terbayang jika dulu aku tak ditahan, Aku akan terus bekerja seperti dulu sampai Oktober sampai masa jabatan itu artinya saya bangun jam 04.30 (kamu memberiku gelar robot), karena semua waktu dihitung tepat agar aku bisa tiba di balaikota 7.30. Karena sudah banyak warga menunggu dan kerja nonstop sampai pulang ke rumah sudah di atas jam 21.00. Sabtu Minggu selain ke kawinan juga selesaikan disposisi surat dan kadang sampai tengah malam di malam Senin. Agar hari Senin tidak ada surat yang tertinggal. Kamu memberiku gelar robot sungguh benar," lanjutnya.
BTP pun menyadari betapa waktunya hanya dihabiskan untuk bekerja dan tak lagi memperhatikan keluarganya.
"Dulu aku benar-benar take it granted sampai-sampai anak juga kamu yang ajak jalan dan bicara," sebutnya.
Ia pun mengungkapan betapa beruntungnya memiliki istri seperti Vero.
"Tapi saya mendapatkan istri yang mengasihi aku dan anak-anak kembali kalau ada yang salah dalam hubungan suami istri umumnya yang salah pasti sang suaminya. Aku bersyukur dalam tahanan menjadi banyak waktu untuk merenung betapa istriku bukan lagi seperti dulu sekarang sudah dewasa mampu berprestasi dan menjadi perempuan dan penolong bagi saya," ungkapnya.
BTP pun memberikan sebuah kutipan ayat Alkitab sebagai penutup surat cintanya.
"Sungguh benar dikatakan dalam Amsal Salomo istri yang berakal budi adalah anugerah Tuhan," kutipnya.
Imadya mengatakan, saat mendengarkan pembacaan surat tersebut Vero tak dapat membendung air matanya.
"Bu Vero kelihatan kaget sekali, tidak menyangka dan tidak biasa, tetapi Bu Vero kelihatan sangat terharu sekali," kata dia.
Selain surat cinta, dalam momen tersebut BTP pun mempersembahkan rangkaian bunga untuk sang istri tercinta. (*)
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR