2. Suhu Panas Menggila di Indonesia, Waspada Penyakit Heat Stroke yang Bisa Menyerang Jiwa
Belakangan ini cuaca di Indonesia memang lebih panas dari biasanya.
Hal itulah yang membuat tubuh kita mudah berkeringat jika berada di luar ruangan.
Namun, masalahnya kita sering lupa mengganti cairan yang sudah keluar dalam bentuk keringat tadi. Dengan keluarnya keringat berarti cairan dalam tubuh lama-kelamaan akan berkurang.
“Kalau tidak segera diganti cairan keringat yang keluar itu, bisa memungkinkan terjadinya dehidrasi. Nah, kalau sampai tahap dehidrasi maka akan terjadi gangguan metabolisme pada tubuh seseorang. Dalam hal ini yang paling dipertahankan sekali adalah kondisi otak, jangan sampai terganggu” ujar dr. Boy Abidin, dr. OZ Indonesia.
Menurut dr. Boy, pada orang yang mengalami dehidrasi biasanya akan mengalami pusing, kunang-kunang, bahkan bisa pingsan.
Nah, jika dibiarkan bukan hanya pingsan saja, tapi lama-kelamaan kondisi dehidrasi ini bisa mengarah pada heat stroke.
Heat stroke adalah salah satu bentuk komplikasi serius dari dehidrasi.
Saat seseorang mengalami dehidrasi dan tubuh tidak mengeluarkan cukup keringat untuk menurunkan suhu karena cairan yang keluar belum sempat tergantikan, maka suhu tubuh akan naik hingga tingkat yang berbahaya.
Kondisi inilah yang dinamakan heat stroke.
“Dengan suhu panas yang berlebihan, kemungkinan otak kekurangan oksigen dan cairan dalam jumlah yang signifikan, yang akhirnya bisa menyebabkan kerusakan.
Jadi, terjadinya heat stroke itu biasanya sudah ada gangguan fungsi organ. Misalnya nanti akan terganggu ke otaknya, ginjal, jantung, dan ke mana-mana yang semuanya memerlukan cairan yang cukup,” jelas dr. Boy pada NOVA.
“Karena cairan itu kan konotasinya dengan darah, darah itu menyalurkan oksigen ke otak dan paling krusial di situ, kemudian ke fungsi-fungsi organ lainnya,” sambungnya.
Baca Juga: Suhu Panas Menggila di Indonesia, Waspada Penyakit Heat Stroke yang Bisa Menyerang Jiwa
Source | : | YouTube,GridPop |
Penulis | : | Nuzulia Rega |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR