NOVA.id - Cerita pilu seorang perempuan asal Malang, Naima Mahesawari (23) yang pernikahannya hanya berlangsung selama 12 hari sempat membuat masyarakat Indonesia geger.
Bahkan, kisah yang ia bagikan lewat thread di Twitter sempat jadi trending topic dan perbincangan hangat lantaran sangat mengaduk-aduk emosi.
Bagaimana tidak?
Baca Juga: 4 Cara Hadapi Konflik dengan Pasangan, Rumah Tangga Makin Harmonis!
Pernikahan yang sakral dan harusnya menjadi komitmen seumur hidup di antara dua insan, justru hanya berlangsung dalam waktu yang super singkat.
Bukan, bukan karena maut memisahkan.
Dalam utasan yang ditulisnya di Twitter, ia menuturkan bahwa keputusan sang suami meninggalkan dirinya adalah karena sang suami mengaku masih memiliki trauma di masa lalu.
“Aku gapaham dia trauma apa. Tapi dia dulu pernah gagal nikah. Sudah tunangan dan mendekati hari H dia gagal menikah,” cuit perempuan yang akrab disapa Nay itu.
Lantas, pantaskah hal itu menjadi alasan sang suami pergi mengkhianati janji suci?
Memang tidak ada satu orang pun yang hidup tanpa mengalami luka dan rasa kecewa.
Baca Juga: Agar Hubungan dengan Pasangan Jauh dari Konflik, Lakukan 8 Hal Ini
Bahkan mungkin ada yang sangat membekas sampai menimbulkan trauma mendalam.
Tapi, mempertaruhkan hidup orang lain karenanya pun tak bisa dibenarkan.
Apalagi, jika hal ini terjadi dalam sebuah hubungan pernikahan.
Baca Juga: Meski Hal Wajar, Mungkinkah Tak Ada Konflik dengan Pasangan Kita?
Menyinggung kisah yang menggemparkan tadi, memang membutuhkan usaha ekstra bila kita memiliki pasangan dengan trauma di masa lalunya.
Menurut Cook, J. M, seperti dikutip oleh Goodtheraphy.com, penderita trauma cenderung mengalami penurunan kepuasan hubungan, bersama dengan gangguan ekspresi emosi, aktivitas seksual, keintiman, komunikasi, dan penyesuaian.
“Mereka dengan PTSD (post-traumatic stress disorder) memiliki tingkat perpisahan dan perceraian yang lebih tinggi daripada rekan-rekan non-PTSD mereka,” jelasnya.
Baca Juga: Sering Konflik dengan Pasangan? Lakukan 4 Cara Ini Agar Kembali Mesra
Lantas, bagaimana jika kita memiliki pasangan yang memiliki trauma di masa lalu? Apakah hubungan tak akan bertahan?
Tak selalu begitu, ada satuhal yang mesti Sahabat NOVA perhatikan.
Apa itu?
Baca Juga: Keuangan Jadi Pemicu Konflik dengan Pasangan, Hindari dengan Cara Ini
Hal utama yang perlu diperhatikan adalah pola komunikasi kita dengan pasangan.
Sebab, komunikasi memegang peranan penting dalam menjalankan sebuah hubungan.
Terdengar klise memang, tapi benar adanya.
Baca Juga: 4 Problem Keuangan yang Sering Picu Konflik Rumah Tangga
Jika tak ada komunikasi dan keterbukaan tentang trauma yang dialami, maka bukan tak mungkin hubungan kandas dan berakhir miris.
Maka itu, ada baiknya kita mengajak pasangan untuk berkomunikasi serta bercerita sesering dan seterbuka mungkin tentang trauma yang dialaminya.
Tentang apa-apa saja yang mengganggu dan membuat pasangan sulit mengatasi traumanya.
Baca Juga: Sengaja Membuat Cemburu, Ini 7 Tanda Mantan Pacar Belum Bisa Move On dari Kita
Usahakanlah membuat semua permasalahan menjadi jelas dan tuntas di antara kalian berdua.
Sehingga, kita pun bisa mencurahkan perhatian untuk memahami dan mencermati perasaan pasangan serta apa saja hal yang bisa memicu traumanya kembali, dengan lebih bijak.
Yap, karena pasangan memiliki trauma, maka kita pun harus lebih berhati-hati dalam bersikap agar tidak menyinggung pasangan.
Baca Juga: Ajak Pasangan Jelajahi 5 Titik Sensual Pembangkit Gairah Ini!
Itulah mengapa kita perlu mencermati pola-pola yang ada.
Meski begitu, jangan kita memaksa memperbaiki atau menyembuhkan trauma dan gejala yang ada pada pasangan.
Ingatlah bahwa penyembuhan dari trauma membutuhkan waktu.
Baca Juga: Rutin Lakukan Hubungan Intim Setiap Hari, 7 Manfaat Tak Terduga Ini akan Terjadi di Tubuh Kita!
Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah selalu ada untuk mendengarkan pasangan dan berempati karenanya.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR