NOVA.id - Setiap tanggal 11 Februari dunia memperingati Hari Perempuan Sains Sedunia.
Memperingati hari itu, Jakarta Intercultural School (JIS) menggelar ajang Generation STEM (Sains, Teknologi, Engineering/Mesin, dan Matematika) di kampus Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (15/02) siang.
Tarek Razik, Head of School JIS mengatakan bahwa penguasaan teknologi dan kemampuan berpikir logis dan kritis harus dimiliki setiap orang karena merupakan kunci sukses di masa depan.
Baca Juga: Ternyata Bulan Kelahiran Bisa Pengaruhi Kepribadian Kita Menurut Sains!
Tarek juga mengatakan bahwa saat ini harus ada lebih banyak pemimpin perempuan di bidang STEM.
"Penguasaan teknologi dan kemampuan berpikir logis dan kritis adalah kunci sukses mereka di masa depan dan dunia harus bahu membahu mempersiapkan lebih banyak pemimpin perempuan di bidang ini dibandingkan saat ini," tambahnya.
Mungkin terbesit di pikiran banyak orang yang merasa bahwa STEM merupakan bidang pekerjaan yang hanya cocok untuk laki-laki. Tentu itu bukanlah hal yang tepat.
Baca Juga: Canggih! Italia Hadirkan Pameran Seni Bertema Sains di Museum Nasional Indonesia
Stereotip itu terkadang masih melekat pada mindset kebanyakan orang.
Meski begitu, banyak perempuan di luar sana yang sukses di bidang STEM.
Salah satunya adalah Eshter Gayatri Saleh, pilot uji perempuan satu-satunya di Indonesia.
Baca Juga: Hasil Ukur Ilmu Sains, Harry Styles adalah Pria Tertampan di Dunia!
Di balik banyaknya stereotip masyarakat yang mengatakan bahwa profesi pilot adalah profesi yang cocok untuk pria, Eshter bisa membuktikan bahwa hal tu tidak tepat.
Eshter juga menceritakan bahwa dirinya sempat dipandang sebelah mata karena ia merupakan siswa lulusan IPS di Sekolah Menengah Atas dan memiliki tubuh yang tidak tinggi.
Meski begitu, Eshter ternyata bisa membuktikan bahwa dirinya sebagai perempuan pun bisa sukses di bidang STEM ini.
Baca Juga: Viral Video Kopi Luwak Terbakar, Benarkah Mengandung Mesiu? Ini Penjelasannya Menurut Sains
Kisah perempuan sukses di bidang STEM lainnya adalah Tengku Alia Sandra yang menjadi salah satu pemimpin perempuan dalam proyek pembangunan Mass Rapit Transit (MRT) Jakarta.
Alia mengatakan bahwa dalam proyek pembuatan MRT, pekerjaan memang didominasi oleh laki-laki.
Misalnya untuk konstruksi, terdapat 75% laki-laki dan 25% perempuan. Sementara untuk bagian operation dan maintenance, terdapat 77% laki-laki dan 23% perempuan.
Baca Juga: Dianggap Wajar, Mengigau Ternyata Penyakit Tidur! Ini Kata Sains
Meski begitu, Alia mengatakan kita sebagai perempuan tidak boleh merasa minder hanya karena memikirkan banyaknya dominasi laki-laki.
Sebaliknya, menurut Alia, perempuan tidak boleh takut untuk mengambil kesempatan yang ada.
"Jangan takut karena kesempatannya ada, oppotunitynya juga ada, jadi jangan takut untuk ngambil kesempatan itu," kata Alia saat ditemui di kampus JIS, Jakarta Selatan, Sabtu (15/02) pagi.
Baca Juga: Menurut Sains, Ini 8 Manfaat Tidur Bersama dengan Orang yang Kita Cintai
Selain itu, kita harus selalu menimbulkan rasa penasaran terhadap segala hal.
"Timbulkan rasa penasaran kok orang bisa kayak gini sih, kenapa dia bisa melakukan itu, kenapa aku nggak," jelas Alia.
"Dengan kayak gitu bisa meningkatkan kepercayaan dari kita bisa menimbulkan jiwa kompetitif dari diri sendiri jadi nanti bisa ngga minder lagi," tambahnya.
Langkah terakhir adalah, perempuan harus berkolaborasi dengan orang lain. Karena dengan berkolaborasi, maka ide-ide baru akan muncul.
Senada dengan Alia, Vania Radmila selaku mobile engineer di Gojek mengatakan bahwa perempuan tidak boleh minder.
"Sebagai perempuan jangan minder karena sebenarnya lawan jenis kita ngga mikir apa apa," kata Vania.
Baca Juga: Sempat Viral Karena Nyaris Diculik, Perempuan Ini Akhirnya Berdamai Dengan Pelaku
"Teknologi merupakan industri yang paling objektif menurut aku jadi mereka bener-bener ngejudge kamu dari skill aja bukan dari gender kamu. Kompetensi yang di utamakan," tambahnya.
Jika kita sebagai perempuan berada di dalam lingkungan yang memandang perempuan dengan sebelah mata, Tania Soerianto, product manager Traveloka juga memiliki saran.
Tania mengatakan bahwa kita tidak boleh menjadikan gender sebagai halangan dalam meraih mimpi.
Baca Juga: Viral, Kasus Bullying Sekelompok Siswa SMP Menendang Siswi Perempuan
"Kalau kamu nyaman menunjukan kemampuan kamu, lingkungan akan menyesuaikan. Jadi biarkan gender jadi halangan kamu merah mimpimu," katanya. (*)
KOMENTAR