NOVA.id - Penyebaran virus Covid-19, penyebab corona, terus meluas.
Tentu kita tetap harus waspada agar tidak terjangkit oleh virus yang penularannya melalui udara dan cairan liur ini.
Infeksi virus ternyata bisa menyerang satu kelompok orang lebih berat dibanding kelompok yang lain.
Misalnya saja flu tahun 1918 yang dianggap sebagai wabah terburuk dalam sejarah dengan total kematian global mencapai 50 juta.
Virus penyebabnya lebih menyasar orang usia dewasa muda.
Sementara itu, wabah Zika di Brasil tahun 2015-2016 memberikan efek paling buruk pada ibu hamil dan virus ini menyerang otak janin. Bagaimana dengan Covid-19?
Baca Juga: Panduan Persiapan Rumah dan Keluarga Menghadapi Wabah Corona
Infeksinya ternyata paling berbahaya jika menyerang orang yang berumur.
"Dari pengamatan kami, pada orang berusia di bawah 35 tahun hampir tidak ada.
"Sementara, angka kematiannya makin tinggi pada orang berusia 40-80 tahun," kata pakar epidemiologi dari Harvard, Michael Mina PhD.
Baca Juga: Dua WNI Positif Corona, Menkes Terawan Jelaskan Prosedur Penanganannya
Beberapa data penelitian menunjukkan, kaum pria paling rentan tertular Covid-19.
Pria yang terinfeksi virus ini juga risiko kematiannya dua kali lebih besar dibanding perempuan yang terinfeksi.
Dalam artikel di New York Times, beberapa pakar menyebutkan, pria China lebih berisiko tertular karena mereka adalah perokok.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 47,6 persen pria di China merokok, jauh lebih besar dibanding perokok perempuan yang hanya 1,8 persen.
Secara umum, perempuan juga memiliki daya tahan tubuh lebih baik dibanding kaum adam.
“Orang yang memiliki gangguan jantung, diabetes, atau penyakit paru seperti COPD juga paling rentan mengalami komplikasi dan kematian akibat infeksi Covid-19,” kata direktur Divisi Penyakit Menular di Universitas Alabama, AS, Jeanne Marrazzo.
Ia membandingkan Covid-19 dengan virus pneumonia, yang cenderung memberi dampak paling buruk pada orang yang kekebalan tubuhnya sudah rendah.
Kasus penularan pada ibu hamil yang dilaporkan memang sangat kecil.
Salah satu penelitian terbaru yang dimuat di jurnal The Lancet menemukan 9 orang ibu hamil yang terinfeksi, tetapi virusnya tidak ditransfer ke janinnya.
Baca Juga: Tersebar Isu Pemerintah Indonesia Tutupi Soal Kasus Virus Corona, Jubir Presiden RI Angkat Suara
“Jumlah bayi dan anak kecil yang meninggal sangat kecil jika dibandingkan dengan orang yang terpapar,” kata Mina.
Para ilmuwan juga belum memahami mengapa anak-anak seolah terlindungi dari virus ini walau mereka sering kali jadi pembawa penyakit.
Ada kemungkinan tubuh anak-anak lebih baik dalam menghadapi efek virus ini atau mereka telah memiliki imunitas sebelumnya dari ibu.
Baca Juga: RSPI Buat Tim Khusus untuk Tangani 3 Pasien yang Diduga Terkena Virus Corona
Kelompok lain yang paling berisiko adalah tenaga kesehatan.
Setidaknya 1.700 orang terinfeksi saat menangani pasien di China, terutama di lokasi awal wabah ini, yaitu Provinsi Hubei.
Secara umum, hampir 15 persen kasus infeksi pada tenaga kesehatan tergolong berat, bahkan kritikal.
Baca Juga: Virus Corona Makin Meluas, Vaksin Siap Diuji Coba ke Manusia Pada April 2020
Sebanyak 5 orang meninggal, termasuk Li Wenliang, dokter berusia 34 tahun yang sejak awal mencoba memperingati bahaya virus ini.
Penelitian yang dipublikasikan di The Journal of the American Medical Association yang meneliti 45.000 kasus di China menemukan bahwa 80 persen kasus yang dilaporkan tergolong ringan.
Baca Juga: Virus Corona Meluas, Penerbangan ke Arab Saudi Dihentikan Sementara
Sisanya, 20 persen terdiagnosis memiliki gejala yang moderat, berat, bahkan kritis. Sekitar 2,3 persen dari seluruh kasus bersifat mematikan.
Penyakit severe acute respiratory syndrome (SARS), virus serupa yang juga dimulai di China tahun 2002, juga paling berat efeknya pada orang berusia di atas 60 tahun.
Lebih dari 8.000 orang yang tertular virus dalam kurun waktu 8 bulan, sekitar 10 persennya meninggal dunia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kelompok yang Paling Rentan jika Tertular Virus Covid-19
KOMENTAR