Terakhir, dalam konteks pengembangan vaksin, peneliti menggunakan metode immunoinformatika untuk mendesain vaksin generasi baru yang lebih aman.
Sebab, materi genetikanya tidak diikutsertakan.
Pengembangan diagnosis, pengobatan, dan pencegahan dengan ilmu bioinformatika ini dimungkinkan dengan sudah tersedianya basis data urutan atau sekuens genome dan proteome virus SARS-CoV-2 di basis data gen bank.
Sementara itu, struktur 3D proteinnya tersedia di basis data RCSB/PDB (Protein Data Bank). Namun, Arli mengimbau agar masyarakat tetap mengikuti himbauan untuk menjaga jaga jarak aman, mencuci tangan dengan rutin, dan gunakan masker saat pergi ke luar rumah.
“Kami para bioinformatisi percaya bahwa segala sesuatu harus diserahkan pada ahlinya. Pemerintah dan swasta sudah membuka lowongan untuk volunteer terkait pengembangan diagnostic COVID-19, yang akan sangat baik jika diikuti oleh semua pihak terkait,” ujarnya.
Sementara itu, Arli dengan peneliti lainnya sedang berusaha untuk menemukan berbagai penemuan untuk mengobati dan mencegah covid-19.
“Memang sudah ada beberapa negara yang sedang mencoba mengembangkan vaksin, dan bahkan pemerintah Indonesia sudah membentuk task-force untuk mengembangkan vaksin COVID-19,” ujarnya.
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR