NOVA.id - Terapi plasma konvalesen (TPK) merupakan teknik terapi pengobatan dengan memberikan plasma darah dari donor pasien Covid-19 yang telah sembuh kepada pasien yang masih dinyatakan positif Covid-19.
Cara memberikannya seperti proses transfusi darah pada umumnya.
Nah, proses transfusinya dengan mengambil antibodi atau kekebalan tubuh dari pasien yang terinfeksi dan sudah sembuh lewat plasma darah yang memiliki kadar IgG yang tinggi tadi, untuk dipakai pada tubuh pasien yang masih terjangkit virus, sehingga penerima donor mendapatkan booster kekuatan.
Baca Juga: Tak Perlu Takut, Ini Cara Aman Pergi ke Rumah Sakit atau Puskesmas di Tengah Pandemi Virus Corona
“Kalau terapi plasma itu kayak kekebalan instan. Kita jadi ngambil antibodi dari teman kita, pasien Covid-19 yang udah sembuh. Ya, kalau main game itu ibaratnya ngambil kekuatan lawan langsung dapet, terus nambah kotak nyawa di game. Kalau pakai plasma, nyawanya itu langsung, dapet 100 persen,” ujar dr. Th. Monica R., Sp.AN., KIC., Msi.
Namun, terapi ini tidak dianjurkan pada sembarang pasien Covid-19, hanya mereka, pasien yang mengalami Covid-19 dengan gejala berat dan kritis yang diperkenankan untuk melakukan terapi ini, itu pun, tergantung lagi pada persetujuan pasien.
Nah meski efektif, namun semua pengobatan pasti ada risikonya, lho.
Baca Juga: Optimalkan Daya Tahan Tubuh saat Puasa di Masa Pandemi Corona dengan Cara Ini
Dalam terapi plasma ini, risiko yang banyak dikhawatirkan adalah alergi dalam bentuk alergi berat ke paru-paru, tetapi risiko alergi itu dapat dihilangkan dengan salah satu persyaratan pada pendonor.
Beberapa efek negatif seperti alergi ini bisa dicegah jika kriteria pendonor dapat sesuai.
Apa saja kriterianya?
Baca Juga: Ahli Ungkap Asupan Nutrisi dan Suplemen untuk Keluarga Harus Tetap Dijaga Selama Pandemi Corona
1. Pendonor harus positif PCR.
2. Pendonor sudah bebas gejala minimal selama 14 hari.
3. Harus mengalami dua kali PCR negatif.
4. Untuk pendonor perempuan selain hal tadi, sebaiknya juga belum pernah punya
anak, serta pendonor laki-laki dan perempuan belum pernah transfusi sebelumnya.
Sebab hal ini berhubungan dengan Human Leukocyte Antigen (HLA) yang menjadi
glikoprotein yang berperan pada pembentukan sistem imun manusia.
5. Dilakukan pengecekan antibodi secara kadar dan netralisasi, jadi bukan hanya banyaknya antibodi, tapi juga seberapa kuat dia membunuh virusnya.
Baca Juga: Cegah Corona dengan Cairan Antiseptik untuk Diffuser, Amankah?
“Jadi, kalau sarat nomor empat ini benar-benar dipenuhi, maka kekhawatiran terhadap
alergi paru-paru itu sangat minimal,” tegas dr. Monica.
Oya, untuk mencegah penularan penyakit lain, seperti hepatitis, HIV, atau penyakit lain
yang bisa menular lewat transfusi darah, kondisi plasma darah yang akan diberikan pada
pasien tentunya harus melewati pemeriksaan terlebih dulu.
“Jadi, itu adalah syarat yang mutlak dan prosedur yang sudah dilakukan untuk transfusi
yang biasanya dilakukan sebelumnya. Harus dan akan dilakukan untuk donor plasma ini,”
pungkasnya.(*)
Di masa pandemi ini, Sahabat NOVA mau tambah penghasilan dengan wirausaha? Atau punya usaha dan mau tambah ilmu agar jualan tetap lancar?
Di program WeLearn dari UN Women, ada kelas online “Digital Marketing" GRATIS! Tinggal daftar kelas di sini, pilih waktu dan metode yang diinginkan, lalu ikuti instruksi untuk terima materi pelajarannya. Tambah ilmu, tambah cuan!
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR