NOVA.id – Selama merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia, Sahabat NOVA mungkin sudah tidak asing dengan istilah orang tanpa gejala (OTG).
Mengutip dari edaran Kementerian Kesehatan tentang Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19), istilah tersebut merujuk pada orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 tetapi tidak memiliki gejala sehingga mampu menularkan ke orang lain.
Orang yang dikriteriakan sebagai OTG wajib untuk menjalani isolasi mandiri di rumah selama dua minggu, dengan catatan tetap menjaga jarak dan menggunakan masker.
Isolasi mandiri tersebut disarankan lantaran jumlah pasien Covid-19 yang terus bertambah, membuat ruang fasilitas kesehatan menjadi terbatas.
Namun, permasalahannya muncul ketika melihat fakta bahwa banyak masyarakat yang ruangan di rumahnya pun juga terbatas.
Baca Juga: Tidak Hanya Scuba, Jenis-Jenis Masker Ini Juga Kurang Efektif Cegah Virus
Misalnya, satu rumah hanya memiliki dua kamar yang terpakai untuk setiap anggota keluarga. Ada juga yang hanya memiliki satu kamar mandi yang digunakan bersama-sama.
Padahal, OTG seharusnya menjaga jarak dan memisahkan diri mulai dari kamar, kamar mandi, peralatan makan, dan sebagainya.
Melansir dari Kompas.com (11/11/2020), Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menyebut, hal itu perlu dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya kontak melalui benda atau ruangan yang sama dengan anggota keluarga lain.
"Tentu memang akan sangat sulit penerapannya untuk masyarakat dengan sosial ekonomi rendah atau terbatas, karena bagaimana pun yang namanya isolasi dan karantina mandiri ini memerlukan 'semua perlu terpisah'," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/11/2020).
Tips isolasi mandiri dengan ruang terbatas
Meski tidak bisa menghilangkan risiko penularan, namun Dicky menyampaikan sejumlah tips yang bisa meminimalisasi terjadinya penularan saat isolasi mandiri dilakukan di rumah yang terbatas.
"Yang bisa saya sarankan, ya paling tidak dia tinggal dengan yang memang usianya muda. Kemudian kalau ada lansia, ibu hamil, anak, ya hijrah dulu, jangan di situ selama dua minggu (masa karantina) itu," sebutnya.
Jika tidak memungkinkan untuk berpindah sementara, maka harus sediakan ruang khusus untuk isolasi mandiri yang tertutup.
Selain itu, orang yang sedang menjalankan isolasi mandiri harus membatasi ruang geraknya di rumah.
Baca Juga: Happy Hypoxia, Gejala Baru Pasien OTG Covid-19 yang Mengancam Nyawa
"Intinya yang mengalami isolasi/karantina mandiri membatasi keluar ruangan saja, benar-benar kalau keluar itu (harus ketika) tidak ada orang, atau orangnya keluar rumah," jelas Dicky.
Nah, selain itu, anggota keluarga yang lain pun harus ikut berpartisipasi dalam mencegah penularan virus di dalam rumah.
Misalnya, selalu gunakan masker meski di dalam rumah, serta membersihkan rumah secara rutin. Bila perlu, semprot rumah secara berkala dengan disinfektan atau karbol.
Kesiapan dalam isolasi mandiri
Jika ada anggota keluarga yang akan melakukan isolasi mandiri di rumah, tentu harus dipersiapkan dari mulai ruangan hingga kebutuhan lainnya.
Masih dari sumber yang sama, ahli patologi klinis sekaligus Direktur RS UNS, Tonang Dwi Aryanto, menjelaskan dalam unggahan Facebook miliknya, setidaknya ada beberapa aspek supaya isolasi mandiri berjalan dengan lancar.
Baca Juga: Jangan Panik, Jika Anak Positif Covid-19 Segera Lakukan Penanganan Ini!
Aspek tersebut meliputi kesiapan fisik lokasi/rumah, kesiapan mental, kesiapan pengawasan dan bantuan fasilitas kesehatan/tenaga kesehatan terdekat, dan kesiapan lingkungan sekitar.
Oleh sebab itu, jika dirasa keluarga tidak mampu mempersiapkan semua aspek di atas, sebaiknya meminta bantuan tenaga medis agar dipindahkan ke tempat isolasi yang disiapkan pemerintah.
Demi mencegah kemungkinan terpapar virus corona dan menularkannya kepada orang tersayang, masyarakat diminta untuk tetap disiplin mengenakan masker,menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR