Atas dasar niat baik tersebut, Wahyoe pun membentuk komunitas Jurnalis Sahabat Anak. Perkumpulan ini memiliki tujuan dan keinginan membantu mengedukasi masyarakat menyampaikan informasi positif terkait kesehatan anak.
“Ini yang kami lakukan, sehingga kita harus mengetahui siapa yang dihadapi, karakternya bagaimana, apa yang harus disampaikan, cara dan kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesannya. Itu yang kami terapkan di masyarakat” ujar Wahyoe.
Baca Juga: Vaksin Bukanlah Obat Covid-19, Begini Penjelasannya Ilmiahnya
Karakter masyarakat Jawa Timur yang beragam jadi tantangan tersendiri dalam mengedukasi masyarakat, terutama mengikis informasi hoax seputar vaksin MR saat itu.
Demografi masyarakat yang cukup beragam mulai dari pesantren, perkotaan, masyarakat komunal, hingga daerah terpencil yang jauh dari jangkauan dukungan komunikasi, menjadi tantangan tersendiri.
Wahyoe mengatakanm, banyak masyarakat terpapar hoax tentang vaksin, tidak hanya yang kurang edukasinya tapi juga masyarakat terpelajar. Hal ini yang membutuhkan strategi tersendiri.
“Untuk mengikis hal itu, kami memilih untuk membanjiri masyarakat dengan informasi positif,” terang Wahyoe.
Tak hanya berhenti pada edukasi vaksin, namun masyarakat juga harus mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai KIPI yang bisa terjadi dan diatasi dengan mudah.
Baca Juga: 5 Upaya Google untuk Pemulihan Ekonomi Nasional yang Terdampak Pandemi
“Kita sudah siapkan tim, ahli-ahlinya, para dokter untuk antisipasi kalau ada KIPI. Itu kita sudah siapkan. KIPI sendiri bukanlah hal yang menakutkan, karena biasanya bersifat ringan. Namun, pencegahan untuk mengurangi risiko kejadian ikutan ini tetap harus dilakukan”, ujar Dr. Kohar.
Agar seluruh informasi mengenai vaksin sampai dengan benar ke masyarakat. Wahyoe dan komunitas Jurnalis Sahabat Anak Jawa Timur juga terus memperkaya pengetahuan, ilmu dan pemahaman soal imunisasi.
“Sebelum kami memutuskan menyampaikan pesan positif ke masyarakat. Kawan-kawan jurnalis dulu yang kita perkaya pemahamannya. Kita bagi ilmunya sebanyak-banyaknya ke sesama jurnalis”, ungkapnya.
Masyarakat harus sadar bahwasanya mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Tak hanya terhindar dari rasa sakit, namun juga lebih murah dari segi biaya. “Saya setuju bahwa vaksin MR ada biayanya. Tapi dibandingkan dengan nanti terinfeksi, kalau sampai sakit, atau cacat, itu bebannya lebih tinggi, lebih mahal lagi biayanya”, tutup Dr Kohar.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR