NOVA.id - Mastercard Index of Women Entrepreneurs (MIWE) 2020 memberikan peringkat bagi negara-negara secara global dalam hal kemajuan para perempuan di dunia bisnis sebelum pandemi covid-19 terjadi.
Peringkat ini meliputi 58 negara, termasuk 15 negara di kawasan Asia Pasifik, di mana angka tersebut mewakili hampir 80% tenaga kerja perempuan.
Dari total 58 negara, Indonesia berada di peringkat 17 yang menawarkan lingkungan kewirausahaan paling mendukung bari para perempuan.
Baca Juga: Tips dan Inspirasi untuk UMKM Lewat Video Pendek dari Facebook
Di antara negara-negara di Asean, Indonesia berada di bawah peringkat Thailand (11) dan Filipina (16).
Meski begitu, Indonesia mengalami pertumbuh pesat (+5) dibanding penilaian sebelumnya.
Pertumbuhan pesat juga dialami oleh negara di kawasan Asia Pasifik, seperti Tiongkok Daratan (+6).
Sementara itu, Negara Asia Pasifik seperti Singapura (-12), Filipina (-10), Hong Kong (-8), dan Vietnam (-7) mengalami pernurunan terbesar.
Baca Juga: Cara Bertahan di Masa Pandemi, UMKM Lakukan Adopsi Digitalisasi
Diketahui, Israel menempati peringkat teratas MIWE sebagai negara terbaik bagi pengusaha perempuan di seluruh dunia, naik dari peringkat ke-4 pada tahun 2019.
Israel memiliki misi menggandakan jumlah pengusaha perempuan dalam dua tahun.
Misi tersebut sukses karena didorong oleh dukungan kelembagaan yang berfokus pada UKM – peringkat 'Dukungan untuk UKM' Israel melonjak dari peringkat ke-42 pada tahun 2019, menjadi peringkat pertama pada tahun 2020.
Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Juga Bisa Pintar Atur Uang Selama Resesi Ekonomi dengan Tips Ini
Sementara negara terkuat tahun lalu, Amerika Serikat (turun dari posisi ke-1 menjadi ke-2) dan Selandia Baru (turun dari posisi ke-2 menjadi posisi ke-4) menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan inisiatif berbasis gender dewasa memiliki kinerja yang lebih baik di panggung global, dengan fokus berkelanjutan pada peningkatan kondisi bagi para perempuan di dunia bisnis.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan di Amerika Serikat dan Selandia Baru.
Faktor tersebut di antaranya persepsi budaya yang mendukung kewirausahaan, visibilitas tinggi para pemimpin perempuan yang berperan sebagai panutan bagi calon pengusaha, dan kondisi kewirausahaan yang mendukung.
Baca Juga: 7 Tahun Vakum dari Industri Musik, Mayangsari Kini Kembali Menyanyi: Materi Bukan Segalanya!
View this post on Instagram
Executive Vice President, Enterprise Partnerships, Asia Pacific, Mastercard Julienne Loh mengatakan, laporan ini semakin memperjelas bahwa terlepas dari kekayaan ekonomi, tingkat perkembangan, ukuran, dan lokasi geografis, ketidaksetaraan gender terus berlanjut – bahkan sejak sebelum pandemi.
Juliene juga menyebut covid-19 telah mengganggu kehidupan dan mata pencaharian perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang muncul sebelum pandemi yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Faktor itu seperti jenis pekerjaan dan sektor pekerjaan yang cenderung dipilih perempuan, tanggung jawab dalam mengasuh anak dan rumah tangga, serta disparitas gender dalam dunia bisnis.
Meski begitu, Julienne mengatakan, pandemi covid juga membuat perempuan lebih kuat dan bertahan dalam menghadapi kesulitan.
"Tahun ini telah menunjukkan betapa besarnya potensi perempuan yang sesungguhnya. Namun, saat-saat ini merupakan momen yang sangat rapuh, kecuali pemerintah, berbagai layanan keuangan dan organisasi-organisasi bisnis bersatu untuk melakukan tiga
hal."
"Yaitu menawarkan dukungan dan program sistematik untuk memungkinkan perempuan bertahan dan berkembang dalam situasi normal baru ini, membekali mereka dengan keterampilan untuk menavigasi dunia digital, dan memastikan sistem-sistem layanan keuangan yang merata dan dapat diakses guna mendukung pekerjaan dan bisnis-bisnis milik perempuan, ujar Julienne.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Presi |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR