NOVA.id - Pandemi covid-19 bisa berakhir jika kita senantiasa disiplin protokol kesehatan.
Caranya yaitu dengan #ingatpesanibu dan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun).
Meskipun protokol kesehatan sudah sering digaungkan, pasien positif covid-19 masih saja meningkat setiap harinya.
Baca Juga: Pergi ke Gym Saat Pandemi? Ini Pertimbangan dan Persiapan yang Wajib Dilakukan
Menurut laporan Cleveland Clinic, hal ini juga bisa terjadi akibat banyaknya mitos atau informasi kesehatan keliru yang beredar melalui internet atau media sosial.
Riset juga membuktikan, kesalahan informasi mengenai Covid-19 bisa menyebabkan risiko kesehatan yang serius untuk masyarakat.
Dikutip dari Kompas.com, berikut ini lima mitos keliru tentang covid-19.
Baca Juga: 5 Alasan Naik Kapal Pesiar Jadi Wisata Terbaik Saat Pandemi Covid-19 Berakhir
1. Jangan khawatir terinfeksi Covid-19 karena peluang sembuhnya mencapai 99 persen
Covid-19 bisa mematikan dan dapat menyebabkan efek jangka panjang yang serius, seperti pembekuan darah, masalah neurologis, dan kerusakan pada jantung, paru-paru, serta ginjal.
Walaupun tingkat kematian individu yang sehat rendah, tetap masih ada kemungkinan mengalami sakit parah.
Secara umum, angka kematian berubah berdasarkan usia dan bergantung pada masalah medis lainnya.
Baca Juga: Ulang Tahun Saat Pandemi, Amanda Manopo Justru Tak Suka Surprise dari Billy Syahputra?
2. Tes covid-19 tidak akurat
Tes medis apa pun bisa mengalami kesalahan, namun itu jarang terjadi.
Biasanya hasil tes yang kurang akurat itu disebabkan oleh waktu dan sampel.
Kita bisa saja terpapar virus tetapi belum mengalami infeksi atau gejala. Sehingg, hasil tes tidak akurat.
Baca Juga: Mau ke Dokter Gigi Saat Pandemi? Simak 5 Tips Ini agar Tetap Aman
3. Percuma melakukan protokol kesehatan karena virus corona selalu bermutasi
Virus pada umumnya mengalami mutasi.
Begitu pula virus corona yang termasuk ke dalam jenis virus RNA, rentan terhadap perubahan dan mutasi.
Meski begitu, kita masih memiliki cara untuk memperlambat atau mencegah penyebarannya, salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan.
Baca Juga: Seringkali Tidak Tunjukkan Gejala saat Terinfeksi, Anak-anak Berpotensi Jadi Carrier Virus Corona
4. Pakai masker hanya perlu di bagian mulut saja
Ketika kita bersin, batuk, atau bernapas, kita menggunakan mulut dan hidung karena keduanya saling terhubung.
Oleh karena itu, hidung dan mulut harus tertutup masker.
Menurunkan masker di bawah hidung berpotensi menularkan atau terinfeksi virus dari udara sekitar kita.
Baca Juga: Cegah Virus Corona, Kuatkan Imunitas dengan Konsumsi Vitamin Esensial
View this post on Instagram
5. Pakai obat kumur atau alkohol adalah cara efektif untuk bersihkan masker
Obat kumur tidak mengandung cukup alkohol untuk membersihkan masker. Selain itu, kita juga tak disarankan untuk merendam masker dalam alkohol.
Kita bisa membersihkan masker sesuai petunjuk yang ada di label.
Sebagian besar masker kain tahan lama dan dapat bertahan di mesin cuci.
Namun, jika kita ingin mencucinya dengan tangan, gunakan deterjen dan air panas atau hangat.
Kucek masker selama 30 hingga 60 detik, bilas, dan biarkan mengering. Berhati-hatilah untuk tidak menggunakan deterjen secara berlebihan agar tidak ada residu yang tertinggal pada masker.
Baca Juga: Zona Merah Bertambah, Pemerintah Ingatkan Kembali Patuhi Protokol Kesehatan
Pasalnya, residu deterjen yang tertinggal dapat mengiritasi kulit. Jika memakai masker bedah sekali pakai, buang setelah digunakan.
Selain tak mempercayai 5 mitos di atas, kita juga harus senantiasa disiplin protokol kesehatan, terutama bila beraktivitas di luar rumah.
Jangan sampai kita abai yang malah membahayakan orang-orang di sekitar kita.
Jadi, #IngatPesanIbu dan terapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun, ya!
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Presi |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR