NOVA.id - Tak cukup hanya menabung, untuk mewujudkan tujuan keuangan, kita juga perlu berinvestasi.
Banyak instrumen investasi yang bisa kita pilih, salah satunya adalah reksa dana.
Reksa dana merupakan instrumen investasi yang cocok untuk pemula karena ada manajer investasi yang akan mengelola dana investasi kita.
Baca Juga: Terapkan 5 Tips Pintar Atur Uang Ini, Investasi Online Reksa Dana dan Saham Pasti Aman!
Saat ini, membeli reksa dana tidaklah sulit. Kita cukup membelinya lewat aplikasi dengan modal awal investasi yang kecil, bahkan dengan Rp10.000 kita bisa mulai berinvestasi.
Untuk top up investasi pun, selain melalui transfer bank, kita bisa menggunakan layanan e-wallet.
Dengan reksa dana, kita bisa melakukan penarikan atau setoran kapan saja dengan jumlah minimum yang terjangkau.
Baca Juga: Hadapi Resesi, Yuk Investasi yang Bisa Mulai dari Seratus Ribuan Ini!
Reksa dana secara umum dikenal memiliki banyak jenis, yakni reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, dan reksa dana campuran.
Setiap jenis reksa dana tersebut memiliki tingkat keuntungan dan risiko yang berbeda.
Lalu pertanyaannya, bagaimana cara memilih reksa dana yang tepat dan aman?
Financial Planner Finansialku.com, Shierly, CFP punya jawabannya nih! Untuk mengetahuinya, simak penjelasannya berikut ini.
Baca Juga: Bingung Pilih Reksa Dana atau Saham? Ini Investasi Tepat bagi Perempuan!
1. Kenali manager investasi
Shierly mengatakan bahwa kita harus mengetahui rekam jejak manajer investasi sebelum kita menjadi investor.
Di era teknologi seperti saat ini, kita bisa mencari informasi tentang manajer investasi melalui internet.
Jangan sampai manajer investasi yang kita tuju memiliki kasus buruk atau masalah hukum di masa lalu.
"Kita liat saja, si manajer investasi ini punya kasus buruk di sebelumnya nggak," ujar Shierly dalam live Instagram NOVA bertajuk Aman dan Cuan Main Reksa Dana, Rabu (31/03) siang.
Baca Juga: Sama-Sama Tawarkan Keuntungan Berlipat, Lebih Baik Pilih Investasi ORI atau Reksa Dana?
2. Perhatikan jumlah dana kelolaan manajer investasi
Saat hendak menjadi investor reksa dana, Shiely menyarankan agar kita mengetahui jumlah dana keloaan si manajer investasi.
Semakin besar dana keloaan artinya manajer investasi semakin mendapat kepercayaan dari investor.
"Di produk itu, berapa banyak sih dana kelolaannya mereka, apakah miliaran atau sampai triliunan. Semakin banyak, maka akan semakin memudahkan manajer investasi itu untuk membeli macam-macam untuk kita."
"Sekalipun kita ada penarikan (misalnya) Rp100 juta, nggak sampai si manajer invesatinya mengubah portofolio, sampai akhirnya mempengaruhi kinerja kita," jelas Shierly.
Baca Juga: Ingin Investasi, Kira-Kira Pilih Trading Saham atau Reksa Dana, ya?
3. Lihat kinerjanya
Tips berikutnya yaitu dengan memperhatikan kinerja manajer investasi.
Shierly mengatakan kinerja bisa dilihat dari Net Asset Value (NAV).
"Sebenarnya kinerja ini banyak orang gunakan dari net asset value. Itu ada beberapa yang menampilkannya dalam bentuk grafik. Jadi dilihat kinerjanya sebulan terakhir, tiga bulan terakhir, atau dari awal reksadana itu diterbitkan," jelasnya.
Baca Juga: 3 Tips Pintar Atur Uang agar Investasi di Tengah Pandemi Bisa Lancar
View this post on Instagram
Shierly memberi contoh, misalnya kita hendak berinvestasi jangka menengah dengan reksa dana pendapatan tetap di masa pandemi.
Di situ, kita harus perhatikan kinerjanya dalam satu sampai dua atau tiga tahun terakhir.
"Teman-teman boleh liat nih, kalau dia dibandingkan reksa dana sejenisnya, apakah minusnya lebih besar atau agak mendingan?"
"Kalau lebih kecil minusnya, berarti bagus nih si manajer investasinya bisa mengelola dana di tengah pandemi, dia membuat nilainya tak terlalu parah turunnya," tutur Shierly.
Baca Juga: Pintar Atur Uang dengan Investasi Logam Mulia, Ini yang Harus Diperhatikan Sebelum Gadaikan Emas
4. Perhatikan risiko
Saat berinvestasi reksa dana, kita jangan hanya fokus pada imbal balik (return) yang tinggi saja, tetapi perhatikan pula risikonya.
Shierly mengatakan ada beberapa rasio yang bisa menunjukkan risiko, seperti sharpe ratio, dan draw down.
Dikutip dari Kompas.com, sharpe ratio yang negatif menandakan tingkat risiko lebih besar dibanding dengan tingkat pengembalian.
Sementara draw down bisa dimaknai sebagai tingkat kerugian maksimal yang ada di produk reksadana.
"Kita bisa membandingkan dengan rasio-rasio ini. Apakah potensi keuntungan kita dengan potensi risikonya lebih besar atau kecil. Bukan cuma liat untungnya aja tapi liat risikonya apa," pungkas Shierly.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Presi |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR