NOVA.id – Rasa berani, mandiri, dan percaya diri telah menjadi paket lengkap yang perlu dimiliki oleh kita sebagai perempuan.
Menjadi Kartini di masa kini, memiliki budi luhur dan moral etika yang baik membuat kita tak kehilangan arah dalam menghadapi tantangan saat ini.
Hal ini diungkapkan oleh Desy Windanarni Wilson, BBA, Ketua Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Cabang Singapore.
Baca Juga: Profil SK Trimurti: Dari Guru Jadi Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia
Bagi perempuan yang juga seorang presiden direktur dan co-founder PT Multi National Equipment & MAKURI Group ini, perempuan memiliki dasar yang kuat untuk menjalankan hak dan kewajiban.
“Contohnya mereka mendapatkan hak untuk bekerja, tapi tidak melupakan kewajibannya untuk merawat keluarga dan menghargai suaminya,” jelasnya.
Desy melanjutkan, “Banyak sekali para Kartini Indonesia masa kini dengan profesi yang dulunya hanya dimiliki oleh kaum pria saja, contohnya Kartini-Kartini yang berkarier di garis terdepan pemerintahan, kepolisan, dan angkatan bersenjata, serta industri pertambangan, olahragawan profesional, dan lainnya.”
Baca Juga: Profil Danella Ilene, Finalis INTM yang Ungkap Pengalaman Depresi
Sebagai Kartini masa kini, kita perlu pandai dan kritis dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.
Tujuannya, jelas Desy, agar kita tak mudah tertipu terhadap hal-hal yang merugikan kita sebagai perempuan.
“Keberanian harus menjadi salah satu kunci utama untuk kaum perempuan saat ini. Kita harus berani melakukan yang benar, walaupun banyak yang menentang,” lanjut Desy.
Baca Juga: Inspiratif! Bisnis Hijab Mengantarkan Pasangan Ini Raih Omzet Miliaran
Mulai dari berani dalam memperjuangkan keadilan akan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak, hingga berani dalam menyampaikan pendapat dan memperjuangkan kaum perempuan berhak sejajar dengan kaum laki-laki.
“Saya sangat mendukung adanya kesetaraaan gender, dan saya mendukung adanya program-program pemberdayaan perempuan,” jelas Desy.
Sebagai ketua dari komunitas yang memiliki tujuan untuk memperkenalkan kain-kain nusantara ke mancanegara, tentu Desy mengemban visi dan misi.
Baca Juga: Komunitas Motherhood LYFE, Saling Bahu Membahu dalam Pemberdayaan Ibu dan Perempuan
View this post on Instagram
“Terwujudnya perempuan Indonesia yang memiliki jati diri bangsa Indonesia melalui cerminan gaya berbusana berkain tradisional kedaerahan, sekaligus sebagai duta budaya yang ikut melestarikan budaya bangsa melalui wastra nusantara yang kita tunjukan ke mancanegara,” jelas Desy mengenai visi dan misinya.
Telah mengoleksi wastra nusantara selama setidaknya 10 tahun belakangan, Desy mengaku sangat mengagumi dan menggemari kain tradisional.
Berawal dari rasa simpati dan kagum saat melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai daerah nusantara, Desy berniat mengangkat karya-karya luar biasa tersebut yang lahir dari tangan para permepuan perajin tenun dan batik.
Baca Juga: Inspirasi Bisnis dari Bigzoo, Omzet Meningkat Tajam Saat Pandemi
“Melihat proses pembuatan wastra yang dilakukan secara alamiah dengan perangkat yang sederhana tapi menghasilkan karya dengan nilai tinggi, seharusnya dihargai dengan nilai tinggi pula,” tuturnya.
Dari hal tersebut, kemudian Desy memutuskan untuk mengoleksi wastra nusantara.
Menariknya lagi, Desy memiliki koleksi kain kuno yang usianya lebih dari 50 tahun.
Baca Juga: Komunitas Cinta Berkain Indonesia Gaungkan Kain Nusantara Sampai Luar Negeri
Atas kiprahnya selama berkarier dan dalam komunitas, Desy Windanarni Wilson telah memperoleh berbagai penghargaan.
Di antaranya, The Indonesian Woman Leadership Award katergori The 50 Best Inspiring Women (menggali potensi membangun negeri) by Golden Leaders Indonesia.
Dirinya juga memperoleh The Srikandi Award, dalam kategori The 50 Best Indonesian Women in Business 2015 by Clock Research & Development.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR