NOVA.id - Belum lama ini, video ibu Wati yang mengomentari tetangganya pengangguran tapi banyak duit viral dan ramai diperbincangkan.
Hal itu bermula dari munculnya video yang beredar di dunia maya tentang penangkapan babi ngepet di Bedahan, Sawangan, Depok.
Ibu Wati menuding jika tetangganya tersebut kaya karena hasil praktik babi ngepet.
"Dari kemarin saya sudah pantau, Pak, orang ini. Ini dia berumah tangga dia nganggur tapi uangnya banyak,” ujarnya.
Baca Juga: Tips Pintar Atur Uang Bisnis Rumahan dengan Pendapatan Tidak Tetap
Meskipun pada akhirnya polisi mengungkapkan jika penemuan babi ngepet tersebut adalah rekayasa semata.
Tapi nampaknya netizen tak bisa melupakan apa yang terjadi, bahkan pada hari Jum’at (30/4) nama ibu wati jadi trending topik di twitter.
Seperti terusik dengan berita penangkapan babi ngepet ini, Youtuber Raditya Dika bahkan turut berkomentar dalam akun instagramnya @raditya_dika.
Baca Juga: Hoboh Isu Babi Ngepet, Raditya Dika: Orang Nggak Perlu Ngantor!
Suami dari Annisa Aziza ini menjelaskan bahwa di zaman sekarang orang nggak perlu ke kantor untuk mendapatkan uang.
“Gig economy adalah pola kerja baru di mana orang nggak perlu ngantor tapi cukup menukar keahlian mereka dengan uang,” tulis Raditya Dika, Kamis (29/4).
Bukan mistis, dengan Gig Economy ini sangat memungkinkan orang menjadi kaya raya, meskpin di rumah saja.
Baca Juga: 3 Tanda Tubuh yang Isyaratkan Kita Harus Segera Berhenti Kerja
Jadi apa sih sebenarnya Gig Economy yang itu?
Mengutip dari Kompas.com, istilah Gig Economy berasal dari kata gig yang sebelumnya sering dipakai dalam industri hiburan dan kesenian.
Umumnya ini digunakan untuk menyebutkan suatu proyek yang sedang dikerjakan artis tersebut misalnya konser, pertunjukan atau pameran.
Baca Juga: 6 Cara untuk Mengatasi Rasa Lemas saat Bekerja di Siang Hari
View this post on Instagram
Sistem kerja para seniman, yang dibayar berdasarkan jumlah pekerjaan yang diselesaikan, menjadi inspirasi istilah ini, begitu pula metodenya.
Nemun seiring dengan berkembangnya teknology, gig economy kini telah menjadi norma dalam lanskap ketenagakerjaan yang baru.
Wujud dari praktik gig economy membuat batas-batas dunia kerja menjadi jauh lebih fleksibel.
Baca Juga: 6 Tips Pintar Atur Uang Saat Ramadhan 2021 di Masa Pandemi Covid-19
Kini seseorang tak perlu keluar dari rumah untuk bisa menghasilkan uang, bahkan dalam jumlah berlimpah, bukan mistis tentunya, namun dengan menjual keahlian yang dimilikinya.
Misalnya saja dengan menjadi content creator, trader saham, makelar online atau graphic designer.
Mengutip dari thestar istilah gig economy dicetuskan oleh jurnalis dari Inggris Tina Brown pada tahun 2009, setelah resesi ekonomi global, untuk menggambarkan dunia kerja yang didominasi oleh proyek-proyek, konsultsi, dan pekerjaan sampingan yang bersebaran secara bebas.
Baca Juga: 3 Pelajaran Bisnis untuk Penjualan Langsung Selama Pandemi Covid-19
View this post on Instagram
Istilah lain yang menggambarkan gig economy adalah ekonomi berbagi, ekonomi kolaboratif, ekonomi digital, ekonomi keramaian, dan ekonomi sejawat.
Mereka yang menjadi bagian dari gig economy diantaranya pekerja paruh waktu, freelancer, kontraktor independen, dan pekerja berbasis proyek - orang-orang yang mencari nafkah dengan mengambil pekerjaan sesuai permintaan.
Bekerja paruh waktu dan menjadi bagian dari gig economy saat ini tengah naik daun.
Baca Juga: Capai Financial Freedom di Usia Muda dengan Pintar Atur Uang ala YouTuber Clarin Hayes
Karena meningkatnya jumlah platform-platform digital, dan pemakaian internet, khusunya dalam kondisi pandemi Covid-19 sekarang, yang menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaannya.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR