Nova.id – Dampak nyata pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa. Anak-anak yang selama ini dianggap sebagai kelompok minim risiko juga merasakan tekanan yang sama.
Menurut dr Reisa Broto Asmoro, tekanan dan beban mental yang dirasakan saat menjalani pandemi Covid-19 pasti tidak mudah bagi anak-anak Indonesia.
“Hal yang paling membuat sedih, beberapa dari anak Indonesia kehilangan orangtua mereka yang tidak dapat diselamatkan, pada saat menderita Covid-19,” ujar dr Reisa dalam rilis yang diterima Nova.id, Sabtu (24/7/2021).
Selain itu, kata dr Reisa, dari 80 juta anak Indonesia, sebanyak 60 juta di antaranya kehilangan masa menyenangkan di sekolah. Bahkan, sebagian dari mereka tidak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan baik karena terkendala fasilitas.
Baca Juga: Semua Murid Semua Guru Gelar Pesta Pendidikan Secara Daring
Di dunia maya pun, ancaman masih ada. Masih banyak anak yang mengalami perundungan atau tindakan bully, diskriminasi, dan kekerasan verbal di media sosial.
Oleh karena itu, dr Reisa mengajak pemerintah dan seluruh masyarakat untuk melindungi anak-anak Indonesia dari ancaman pandemi Covid-19.
“Justru pada masa pandemi, anak Indonesia harus makin kita lindungi agar masa depan mereka, termasuk masa depan kita, jauh lebih baik,” kata dr Reisa.
Untuk itu, lanjut dr Reisa, pemerintah terus berupaya menguatkan testing, tracing, dan treatment (3T).
Ia menjelaskan, testing atau menguji seseorang positif atau negatif Covid-19 dilakukan agar pasien bias cepat dirawat dan disembuhkan sehingga tidak menulari orang lain. Pasalnya, tidak semua orang memiliki kesehatan prima.
“Misalnya, orang lanjut usia yang sudah punya penyakit menahun. Apabila tanpa sengaja tertular oleh orang yang membawa virus, bisa berakibat fatal,” ujar dr Reisa.
Baca Juga: Situasi Pandemi di Tanah Air Masih Fluktuatif, Peningkatan Angka Kematian Jadi Perhatian
Penulis | : | Anissa Dea Widiarini |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR