NOVA.id - Kemerdekaan Republik Indonesia pada 1945 tak lepas dari peran tokoh-tokoh perempuan berikut ini.
Keberanian dan ketangguhan mereka mampu menggerakkan banyak orang untuk berjuang melawan penjajah.
Melansir Kompas.com, berikut ini profil tokoh pahlawan perempuan Indonesia:
Baca Juga: Makna Nasi Tumpeng yang Sering Ada di Momen Perayaan 17 Agustus
1. Rasuna Said
Pada 1926, di usia 16 tahun, Rasuna Said memutuskan berkecimpung di ranah politik dengan menjadi sekretaris organisasi Sarekat Rakyat (SR) cabang Sumatera Barat, organisasi dengan tokoh sentral Tan Malaka.
Dalam aktivitasnya sebagai propagandis, Rasuna kerap berorasi di hadapan publik yang mengkritik pemerintah kolonial Belanda.
Puncaknya, pada 1932 terjadi ketika Rapat Umum PERMI di Payakumbuh.
Saat Rasuna berpidato, aparat datang dan menangkapnya.
Ia diajukan ke pengadilan kolonial, kemudian dipenjara selama 14 bulan dengan dakwaan ujaran kebencian.
Baca Juga: 7 Makanan Tradisonal Bikin Nostalgia, Cocok Temani Momen 17 Agustus
2. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dhien mulai ikut mengangkat senjata dan berperang melawan Belanda pada 1880.
Akibat perang, suami pertamanya, Teuku Cek Ibrahim Lamnga tewas saat bertempur pada 29 Juni 1878.
Bahkan, suami keduanya, Teuku Umar juga tewas tertembak pada 11 Februari 1899.
Namun dia terus berjuang melawan kekuasaan Belanda, sampai akhirnya diasingkan di Sumedang, Jawa Barat bersama tahanan politik Aceh lainnya.
Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal di pengasingan dan makamnya baru ditemukan pada 1959.
Baca Juga: 5 Sajian Khas Kemerdekaan yang Cocok Dihidangkan Saat 17 Agustusan
3. Christina Martha Tiahahu
Kondisi Maluku yang sulit membuat seorang pria bernama Thomas Matulessy dan kawan-kawannya mengadakan rapat pada 3 Mei 1816 dengan kesimpulan memulai gerakan perlawanan.
Matulessy mengizinkan Martha ikut berjuang. Sejak saat itu, pada usia 17 tahun, Martha mulai bergabung dalam gerakan perlawanan.
Ia juga membantu Pattimura berperang melawan Belanda.
Pada 17 Mei 1817, Benteng Duurstede jatuh ke tangan pasukan Pattimura. Akan tetapi, Belanda melawan balik.
Beberapa bulan kemudian, Belanda menangkap Pattimura dan melancarkan serangan umum. Martha memimpin pasukan tempur perempuan dengan ikat kepala melingkar.
Baca Juga: Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh, Makna Logo dan Tema HUT Ke-76 RI
View this post on Instagram
4. Dewi Sartika
Dewi Sartika berjuang lewat pendidikan dengan memanfaatkan papan bilik, kandang kereta, dan pecahan genteng untuk mengajarkan pengetahuan kepada sesama.
Dia juga mengajarkan saudara perempuannya keterampilan, seperti merenda, memasak, menjahit, membaca, dan menulis.
Akhirnya pada tahun 1904, Dewi Sartika berhasil membuka sekolah khusus perempuan dengan nama Sakola Istri.
Sekolah itu didirikan di ruang pendopo Kabupaten Bandung dan dibantu oleh dua orang saudaranya.
Sekolahnya berkembang pesat, sehingga menjadi nama Sakola Kautamaan Istri dan membuat organisasi Kautamaan Istri di Tasikmalaya.
Baca Juga: Rayakan Kemerdekaan, Ini 5 Inspirasi Outfit 17-an ala Artis Indonesia
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Cara Mengatasi Pengeluaran Membengkak saat Liburan Akhir Tahun Bersama Keluarga
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR