NOVA.id - Vaksinasi di Indonesia sudah menyentuh angka 50 juta.
Namun masih ada warga yang takut untuk disuntik vaksin Covid-19 karena berbagai alasan, salah satunya karena mitos tentang vaksin.
Untuk menangkal ketakutan tersebut, ini penjelasan mengenai beberapa mitos vaksin Covid-19:
Baca Juga: Setelah Kena Covid-19, Berapa Lama Anosmia Bisa Sembuh? Ini Jawabannya
1. Bahan utama vaksin mencurigakan
Beberapa orang percaya bahwa vaksin mengandung microchip atau alat pelacak yang bisa memata-matai aktivitas kita.
Padahal, bahan utama vaksin adalah mRNA atau DNA untuk memicu lonjakan protein.
Kedua bahan vaksin tersebut juga mengandung lipid (lemak) yang membantu mengantarkan mRNA ke dalam sel dan beberapa bahan umum lainnya yang membantu menjaga pH dan stabilitas vaksin.
Baca Juga: Apa yang Harus Dilakukan Ibu Menyusui jika Positif Covid-19?
2. Vaksin bisa mengubah DNA
Vaksin Covid-19 bekerja dengan menginstruksikan sel untuk membuat sepotong protein lonjakan untuk memicu respons sistem kekebalan.
Bahan utama vaksin memang terbuat dari DNA, tetapi tidak dirancang untuk berintegrasi dengan DNA kita.
Selain itu, vaksin juga tidak bisa secara permanen mengubah genom kita.
Baca Juga: Siswa yang Belum Vaksin Covid-19 Bisa Ikut Sekolah Tatap Muka
3. Vaksin membuat kita positif Covid-19
Vaksin memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan penyakit tanpa sebenarnya tidak menyebabkan infeksi.
Ketika mRNA memasuki sel tubuh, mRNA menginstruksikan sel untuk memicu potongan "lonjakan" protein yang ada pada virus Corona.
Potongan protein itu sebenarnya tidak membahayakan tubuh, tetapi dapat memicu sistem kekebalan tubuh untuk meningkatkan respons melawannya.
Respon tersebut biasanya memicu kelelahan, nyeri otot, sakit kepala atau demam.
Efek tersebut merupakan hal yang normal dan merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh merespon vaksin dengan baik.
Baca Juga: Kelompok Disabilitas Jadi Sasaran Vaksin Covid-19 Tahap Berikutnya
View this post on Instagram
4. Proses pembuatan vaksin Covid-19 terlalu cepat sehingga membahayakan
Meskipun jenis vaksin ini pertama kali digunakan secara luas dalam vaksin untuk publik, para peneliti sebenarnya telah mengerjakan strategi vaksin ini selama lebih dari tiga dekade.
Vaksin Covid-19 juga telah melewati uji klinis yang ketat.
Karena banyak orang yang terinfeksi Covid-19, hanya butuh beberapa bulan untuk mengumpulkan data yang cukup untuk membuat evaluasi awal dalam uji konis.
Uji klinis tersebut juga telah melewati penelitian cermat dari beberapa ahli dan lembaga kesehatan independen.
Baca Juga: 1,5 Juta Vaksin Pfizer Sudah Sampai di Indonesia, Ini Sasarannya
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR